"Upaya itu dilakukan bekerja sama dengan pihak pengelola pelabuhan, pengguna jasa, dan instansi pemerintah yang terkait di pelabuhan," kata Dirjen Perhubungan Laut Kemenhub Bobby Mamahit dalam rilis Pusat Komunikasi Publik yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, upaya penurunan waktu pergerakan barang/peti kemas sejak dibongkar sampai keluar pelabuhan akan diupayakan lebih rendah dari rata-rata enam hari.
Ia juga mengutarakan harapannya agar upaya untuk menurunkan "dwelling time" tersebut akan dapat terlihat mulai April 2013.
"Selama ini upaya penurunan dweling time sudah berlangsung, tentunya dengan melibatkan banyak pihak terkait," katanya.
Ia memaparkan, salah satu formula yang diterapkan dalam mengimplementasikan hal tersebut antara lain dengan mengeluarkan kontainer-kontainer kosong yang sudah sejak lama tertumpuk di pelabuhan.
Selain itu, ujar dia, berbagai kontainer impor yang berisi muatan yang telah menyelesaikan dokumen akan dengan segera dikeluarkan dari pelabuhan ke tempat tujuan yang ditetapkan.
"Dengan secepatnya kontainer keluar dari pelabuhan, maka ketersediaan lahan penumpukan semakin semakin tinggi, sehingga kapal-kapal yang membawa kontainer bisa segera melakukan kegiatan bongkar peti kemas," kata Bobby.
Upaya menurunkan "dwelling time" ini digalakkan terutama setelah ada permintaan dari Menko Perekonomian Hatta Rajasa untuk menurunkan waktu "dwelling time".
Sebelumnya, Menteri Perhubungan EE Mangindaan pada acara pemancangan tiang Terminal Kalibaru Utara (NewPriok) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (22/3) mengemukakan, seiring pertumbuhan sarana pelabuhan dari tahun ke tahun, maka akses jalan dari dan ke pelabuhan juga harus mendapatkan perhatian.
"Akses jalan juga harus diperhatikan ke dan dari pelabuhan, seiring juga dengan peningkatan arus peti kemas hingga 25 persen per tahun dalam dua tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok," kata Mangindaan.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013