• Beranda
  • Berita
  • BI terus perkuat stimulus kebijakan makroprudensial guna jaga SSK

BI terus perkuat stimulus kebijakan makroprudensial guna jaga SSK

1 Agustus 2023 21:47 WIB
BI terus perkuat stimulus kebijakan makroprudensial guna jaga SSK
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat menyampaikan paparan hasil rapat KSSK di Jakarta, Selasa (1/8/2023) (ANTARA/Bayu Saputra)
Bank Indonesia (BI) terus memperkuat stimulus kebijakan makroprudensial guna menjaga stabilitas sistem keuangan (SSK) Indonesia.

Oleh karena itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa saat ini pihaknya terus melanjutkan kebijakan makroprudensial longgar.

“Untuk di bidang kebijakan makroprudensial, terus diarahkan untuk pro-growth, yaitu di dalam terus mendorong pembiayaan kredit baik dari perbankan kepada dunia usaha serta terus mempertahankan terjaganya stabilitas sistem keuangan,” kata Perry dalam konferensi pers hasil rapat KSSK di Jakarta, Selasa.

Perry menjelaskan kebijakan makroprudensial longgar antara lain yang pertama, mempertahankan rasio Countercyclical Capital Buffer (CCyB) sebesar 0 persen, Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) pada kisaran 84-94 persen, serta rasio Penyangga Likuiditas Makrioprudensial (PLM) sebesar 6 persen dengan fleksibilitas repo sebesar 6 persen dan PLM Syariah sebesar 4,5 persen dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5 persen.

Kedua, melanjutkan rasio Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) kredit properti paling tinggi 100 persen untuk semua jenis properti kepada bank yang memenuhi kriteria NPL/NPF.

Ketiga, melanjutkan uang muka kredit pembiayaan kendaraan bermotor menjadi paling sedikit 0 persen untuk semua jenis kendaraan bermotor baru tertentu.

Adapun Perry memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit pada sisa tahun 2023 nanti berada dalam kisaran 9 persen hingga 11 persen secara tahunan (yoy).

“Likuiditas perbankan tetap longgar sehingga berpotensi mendorong berlanjutnya peningkatan kredit atau pembiayaan,” ujar Perry.

BI mencatat rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) berada di posisi tinggi, yakni 26,73 persen pada Juni 2023. Perkembangan likuiditas tersebut berperan positif terhadap perkembangan suku bunga perbankan.

Di pasar uang, suku bunga Indonesia terbilang cukup rendah, yakni 5,61 persen pada 24 Juli 2023. Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor jangka pendek tercatat 5,99 persen, sementara imbal hasil SBN tenor jangka panjang tercatat 6,22 persen pada tanggal yang sama. Di perbankan, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit pada Juni 2023 terjaga rendah, yaitu sebesar 4,14 persen dan 9,34 persen.

Mengacu pada kinerja keuangan tersebut, BI mengamini adanya perlambatan pada pertumbuhan kredit atau pembiayaan. Perry menjelaskan perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha.

Kredit perbankan pada Juni 2023 tumbuh sebesar 7,76 persen yoy, terutama ditopang oleh sektor jasa dunia usaha, jasa sosial, dan pertambangan. Di sisi lain, pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi mencapai 17,09 persen yoy pada Juni 2023. Sementara di segmen UMKM, pertumbuhan kredit terus berlanjut, yaitu mencapai 7,34 persen yoy pada Juni 2023.

“Korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan,” pungkasnya.

Baca juga: BI tetapkan pengaturan khusus instrumen penempatan DHE SDA
Baca juga: BI: Suku bunga AS berpotensi capai 5,75 persen pada September 2023
Baca juga: KSSK: Stabilitas sistem keuangan triwulan II 2023 tetap terjaga

 

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023