Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) menyebutkan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Golo Mori di Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat merupakan salah satu habitat satwa komodo (Varanus komodoenesis).Populasi komodo tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gilimotang dan Pulau Nusa Kode.
"Kemungkinan terbesar komodo yang tertangkap kamera adalah komodo yang memang sejak awal tinggal di Golo Mori," kata Kepala BBKSDA NTT Arief Mahmud dalam keterangan kepada wartawan di Kupang, Senin, berkaitan dengan kemunculan komodo yang tertangkap kamera dan viral di berbagai media sosial pada 4 Agustus 2023.
Komodo adalah reptil purba asli Indonesia. Reptil kadal terbesar dan tertinggi di dunia ini masuk ke dalam salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada tanggal 11 bulan 11 tahun 2011 versi organisasi New7Wonders.
Video tersebut diambil oleh seorang petugas taman nasional yang sedang menyiram tanaman di kawasan Golo Mori kemudian disebar lalu menjadi viral.
Lebih lanjut ia menjelaskan populasi komodo tidak hanya terkonsentrasi pada wilayah Taman Nasional Komodo (TNK) di Manggarai Barat yakni Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Gilimotang dan Pulau Nusa Kode.
Namun komodo juga dapat ditemukan pada kawasan hutan konservasi di luar TNK yakni di Cagar Alam (CA) Wae Wuul, CA Wolo Thado, CA Riung dan Taman Wisata Laut 17 Pulau Riung.
Lebih jauh lagi berdasarkan hasil monitoring yang serta analisis data ekspedisi komodo di Flores Tahun 2015-2018, komodo dapat ditemukan pula di luar kawasan hutan konservasi antara lain Pulau Longos, Golo Mori, Mburak, Tanjung Kerita Mese, Nanga Bere/ Nisar, Pota, Baras, Golo Lijun-Buntal Kabupaten Manggarai Timur, serta Semenanjung Torong Padang Kabupaten Ngada.
Pada lokasi yang sudah diketahui merupakan habitat komodo, masyarakat setempat sudah terbiasa berinteraksi baik pada areal kebun, hutan memasuki wilayah pemukiman.
Untuk komodo yang habitat-nya berada di lembah-lembah di kawasan Golo Mori tersebut, kemunculan Komodo bagi warga sekitar juga sudah menjadi hal biasa.
Berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh BBKSDA NTT, jumlah komodo di kawasan Golo Mori juga mencapai 12 ekor yang selama ini hidup bebas dan bersatu dengan masyarakat sekitar.
Baca juga: TN Komodo tanggung biaya pengobatan balita digigit komodo
Baca juga: Sekitar 1.000 ekor komodo sudah dipasangi chip
Arief menambahkan bahwa kemunculan Komodo itu di jalan Labuan Bajo Golo Mori bukan karena adanya pembangunan infrastruktur di daerah itu, tetapi memang tinggal dan beradaptasi lama di kawasan itu.
"Jadi Komodo itu wilayah jelajah-nya bisa melebihi habitat atau lembah tempat tinggal Komodo itu sendiri," ucapnya.
Terhadap kemunculan komodo pada lokasi tersebut, BBKSDA akan melakukan koordinasi dengan PT ITDC yang mengembangkan kawasan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition atau MICE agar membatasi aktivitas yang berpotensi terjadinya konflik satwa dengan manusia, seperti berwisata tanpa guide, atau menempatkan barang/benda sejenis yang lazim menjadi makanan komodo.
Koordinasi lebih lanjut berkaitan dengan pemasangan rambu-rambu perlintasan satwa sehingga kendaraan yang melintas dapat mengurangi kecepatan agar tidak terjadi tabrakan dengan komodo.
"Menyusun rencana mitigasi dampak pembangunan sarana yang berpotensi mengakibatkan fragmentasi habitat," demikian Arief Mahmud.
Baca juga: Digigit komodo, pemandu wisata alam di Loh Buaya-BTNK jalani pemulihan
Baca juga: Daftar Merah IUCN: Tuna membaik, komodo genting
Baca juga: Tarif masuk Pulau Komodo Rp3,75 juta berlaku mulai 1 Januari 2023
Baca juga: UI dampingi warga Desa Komodo selenggarakan 'Komodo Culture Festival'
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023