Busana yang didominasi warna hitam ini berasal dari suku Baduy luar yang bermukim di kaki Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Leuwidamar, Lebak, Banten, Jawa Barat.
"Pada waktu pandemi, memilih busana Baduy menurutku cerdas sekali, bahwa 'Yuk kita memang lagi berduka, kita harus kembali lagi ke alam'," kata dia saat dihubungi ANTARA, Rabu.
Busana adat tersebut dikenakan Presiden kala menyampaikan pidato kenegaraan pada Sidang Tahunan MPR Tahun 2021 yang kala itu Indonesia dan dunia masih berada dalam kondisi pandemi COVID-19.
"Aku paling berkesan waktu pandemi COVID-19, beliau memutuskan untuk memakai baju adat Baduy. Itu benar-benar unpredictable karena biasanya adat di pelosok negeri penuh dengan kemewahan atau glamoritas yang menonjolkan daerahnya masing-masing," kata Lisa.
Baca juga: Pengamat: Presiden tunjukkan kenegarawanannya saat pidato kenegaraan
Dia menangkap kesan sederhana dan harapan Presiden agar masyarakat Indonesia mencontoh masyarakat Baduy yang menghargai alam dan budayanya.
Lisa berpendapat masyarakat suku Baduy terutama Baduy dalam, sangat lekat dengan alam dan tidak ingin menerapkan budaya dari luar. Ini, sambung dia, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk kembali ke alam dan prihatin dengan kondisi pandemi.
Selain itu, Presiden juga ingin masyarakat kembali mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa dengan menghidupkan sisi spiritual yang mungkin sedikit terpinggirkan di masa setahun pandemi COVID-19.
Kesan sederhana namun juga ikonik juga terlihat saat Presiden mengenakan busana adat Tanimbar asal Provinsi Maluku dalam Sidang Tahunan MPR tahun ini.
"Yang langsung terlihat, walaupun simpel tetapi memang ikonik karena baju adat Tanimbar ini secara keseluruhan memang lumayan heboh kalau lihat secara utuh. Hanya bapak tidak memakai secara utuh, tidak keseluruhan pakaian adat," kata Lisa.
Presiden memakai celana panjang hitam sebagai bawahan, kemudian atasan berupa kemeja putih panjang dengan selendang berupa kain tenun, kalung berwarna emas, kain penutup kepala berhiaskan bulu burung Cenderawasih yang dikeringkan serta kain tenun yang diikat di pinggang.
"Yang dipakai bapak adalah statement beliau sebagai seorang pemimpin yang berani, pahlawan dan prajurit yang melambangkan kebesaran beliau," ujar Lisa.
Pada bagian selendang, ada dua motif yang tampak jelas yakni motif Ulerati yang bermakna kecintaan masyarakat Tanimbar terhadap lingkungan, seperti metamorfosa ulat sebagai bagian dari proses kehidupan atau perubahan menuju ke arah yang lebih baik.
Motif kedua yakni Wulan Lihir atau Bulan Sabit yang melambangkan salah satu peristiwa alam bulan sabit. Saat itu, masyarakat Tanimbar biasanya mencari hasil laut yang menjadi salah satu simbol kekayaan alam di sana.
Apabila dibandingkan, kesan ini berbeda dengan tahun lalu, kala Presiden Jokowi memilih menggunakan baju adat Paksian asal Provinsi Bangka Belitung saat menyampaikan pidato kenegaraan di Sidang Tahunan MPR 2022.
Presiden mengenakan jubah panjang sebatas betis warna hijau toska dengan ornamen bermotif pucuk rebung pada bagian sisi pinggir, ditambah selendang berwarna senada dengan baju dan celana.
Motif pucuk rebung melambangkan kerukunan, sementara warna hijau mengandung filosofi kesejukan, harapan, dan pertumbuhan.
Menurut Lisa, saat itu, Presiden melalui busana adatnya ingin menyampaikan pesan optimisme pada masyarakat terutama melalui pemilihan warna hijau untuk busana yang dikenakan.
Warna tosca dapat juga melambangkan laut. Indonesia dengan banyaknya pulau identik dengan kesuburan dan kemakmuran sehingga mungkin inilah alasan Presiden memilih warna hijau.
Pada bagian kepala, Presiden mengenakan tutup kepala atau sungkon berwarna seperti khaki. Warna yang masih satu turunan dengan warna emas itu melambangkan kemakmuran dan kekayaan. Warna emas diwakili sarung tenun yang dipadukan warna merah yang dikenakan Presiden di balik jubahnya.
Melalui baju Paksian yang menggabungkan kebudayaan Arab, Melayu dan Tionghoa, Presiden membawa pesan persatuan. Masyarakat Indonesia yang akan menghadapi tahun politik dua tahun mendatang, diharapkan dapat terus hidup damai dan bersatu.
Namun, apapun yang Presiden kenakan dalam Sidang Tahunan MPR setidaknya dalam tiga tahun terakhir, Lisa meyakini Presiden ingin mengingatkan masyarakat Indonesia tentang semboyan bangsa Bhineka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika bisa diartikan sebagai walau berbeda-beda tetapi tetap satu dan menggambarkan kepribadian bangsa Indonesia dengan beragam perbedaan, mulai dari suku, agama, ras, hingga adat.
Baca juga: Memahami gestur Presiden Jokowi saat berpidato di Sidang Tahunan MPR
Baca juga: Presiden jelaskan baju adat asal Babel bermakna kesejukan dan harapan
Baca juga: Baju adat Badui dan diplomasi kultural ala Jokowi
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023