"BMKG sudah menyampaikan bahwa semua zona musim di NTT sudah 100 persen masuk musim kemarau dan sedang bergerak ke puncak musim kemarau, dan dampaknya itu bisa terjadi kekeringan meteorologis," kata Kepala Pelaksana BPBD NTT Ambrosius Kodo dari Kupang, Jumat.
Sebagaimana peringatan dini dari BMKG, musim kemarau di NTT berdampak pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan, pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih, serta meningkatnya potensi terjadinya kebakaran.
Baca juga: BMKG imbau masyarakat NTT waspadai ancaman bencana kekeringan
Menyikapi hal tersebut, Ambrosius mengimbau masyarakat agar menghemat pemakaian air bersih.
"Kami meminta masyarakat agar memakai air sesuai kebutuhan dan tidak membuang-buang air untuk hal yang tidak terlalu penting," katanya.
Terkait ancaman kebakaran hutan dan lahan, Ambrosius berpesan kepada para perokok agar memastikan api dari puntung rokok telah padam sebelum dibuang.
Baca juga: BMKG ingatkan masyarakat di NTT waspada kebakaran hutan dan lahan
Sedangkan bagi para petani yang hendak membuka lahan pertanian, dia berpesan agar memperhatikan hal-hal yang tidak menyebabkan terjadinya kebakaran.
Untuk mengantisipasi berbagai dampak dari kekeringan, BPBD di setiap daerah telah melakukan berbagai upaya.
Pemerintah Provinsi NTT pun telah menetapkan status siaga darurat kekeringan sehingga adanya pantauan dan analisa berkelanjutan untuk mengambil langkah strategis ke depan.
Baca juga: 61 hari tanpa hujan, 10 kecamatan di NTT berstatus Awas Kekeringan
"Kami terus memantau, teristimewa dampak langsung terhadap kesulitan akses air bersih," ucapnya.
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023