Pajak ekspor ancam daya saing CPO Indonesia

18 April 2013 17:14 WIB
Pajak ekspor ancam daya saing CPO Indonesia
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joefly J Bahroeny (FOTO ANTARA)
Bengkulu (ANTARA News) - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengingatkan bahwa tingginya pajak ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil Indonesia akan mengancam daya saing produk perkebunan itu di pasar dunia.

"Daya saing produk CPO Indonesia akan terancam, terutama dengan CPO asal Malaysia, padahal kita menjadi produsen CPO terbesar di dunia," kata Ketua GAPKI Joefly J Bahroeny di Bengkulu saat melantik pengurus GAPKI Cabang Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan pajak ekspor CPO yang diberlakukan pemerintah Indonesia saat ini mencapai 8 hingga 22 persen, sedangkan pajak ekspor CPO di Malaysia hanya 4,5 persen.

Tujuan pemerintah meninggikan pajak ekspor CPO, dinilai Joefly, memang baik yakni untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan CPO di dalam negeri.

Namun, yang juga perlu dipertimbangkan bahwa produksi CPO Indonesia sekarang mencapai 27 juta ton per tahun, dengan luas areal produksi mencapai 9 juta hektare, sementara kebutuhan pasar domestik hanya 4 hingga 5 juta ton saja.

".....sehingga hampir 70 persen harus dijual ke pasar internasional," katanya.

Pengusaha perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam GAPKI, kata dia, sudah mengusulkan penurunan pajak ekspor menjadi hanya 3 persen.

Joefly meminta pajak ekspor tidak hanya dipandang sebagai pemasukan negara, tapi juga perlu dipertimbangkan pengaruhnya terhadap pengembangan kebun masyarakat.

Pada 2013, kata Joefly, nilai pajak ekspor CPO mencapai 19 miliar dolar AS dan menjadi penghasil devisa terbesar setelah sektor minyak dan gas.

Industri kelapa sawit dengan luas 9 juta hektare telah menyerap tenaga kerja hingga 4 juta jiwa.

Masa depan sektor perkebunan kelapa sawit masih cerah sebab penggunaan minyak nabati dari CPO terus meningkat,  sekarang mencapai 38 persen untuk kebutuhan dunia.

"Minyak nabati dari sawit sudah mengalahkan kedelai dan penggunaannya meningkat hingga 20 persen dalam 15 tahun terakhir," katanya.

Sementara Ketua GAPKI Cabang Bengkulu Daniel Manurung mengatakan luas areal perkebunan sawit yang dikelola sembilan perusahaan yang tergabung dalam organisasi itu mencapai 67.100 hektare dan kebun binaan 30.000 hektare.

"Produksi CPO mencapai 33.000 ton per bulan dengan serapan tenaga kerja sebanyak 16.500 orang," katanya.

Joefly menambahkan, saat ini negara tujuan ekspor CPO Bengkulu antara lain China, India, dan sejumlah negara-negara di Eropa.


Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013