• Beranda
  • Berita
  • Menkes: Kualitas udara paling bersih pada pukul 16.00-17.00 WIB

Menkes: Kualitas udara paling bersih pada pukul 16.00-17.00 WIB

30 Agustus 2023 17:16 WIB
Menkes: Kualitas udara paling bersih pada pukul 16.00-17.00 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengikuti rapat kerja bersama dengan Komisi IX DPR RI di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (30/8/2023). Rapat tersebut membahas sejumlah isu-isu aktual persoalan kesehatan di Indonesia, khususnya penegahan serta penanganan dampak polusi udara di Jakarta dan sejumlah daerah lainnya pada kesehatan warga. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww/pri.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan kadar polusi udara di Jabodetabek dan sekitarnya membaik di rentang waktu sore hari mulai pukul 16.00 hingga 17.00 WIB.

"Saya juga baru tahu, kalau kita pikir pagi itu udaranya yang paling bersih, itu salah besar. Ternyata yang paling bersih PM2,5 itu jam 16.00 hingga 17.00 WIB," kata Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.

Particulate Matter (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer) sebagai komponen pembentuk polusi.

Baca juga: Menteri Kesehatan minta Puskesmas rutin periksa kualitas udara

Baca juga: Kiat menjaga kualitas udara di rumah, fitur AC sampai kipas exhaust


Budi mengatakan udara yang relatif bersih pada sore hari disebabkan oleh pengaruh fluktuasi suhu.

"Pada malam hari, stratosfer menekan ke bawah, sehingga PM2,5-nya ada di bawah pada malam hari karena dingin. Justru kalau kita lari pagi PM2,5-nya tinggi, begitu memanas dia berkembang dan naik ke atas," katanya.

Kondisi itu diketahui Budi dari pemanfaatan alat pemantau kualitas udara yang juga digunakan China untuk memitigasi polusi udara. Saat ini Indonesia sudah memiliki 674 alat tersebut yang harganya berkisar Rp3-4 juta per alat.

Budi menyarankan agar penggunaan alat tersebut diperluas di kawasan rawan polusi agar pemerintah memiliki data yang akurat terkait kondisi kualitas udara di daerah tersebut.

Baca juga: Dokter: Pekerja luar ruangan rentan mengalami penurunan fungsi paru

Budi juga mengusulkan agar pemasangan alat tersebut dipaketkan dengan teknologi gas chromatography-mass spetrpmetry (GCMS) yang selama ini digunakan untuk mendeteksi kandungan senyawa kimia etilen glikol/dietilen glikol (EG/DEG) pada obat sirop.

Kemenkes berencana mendesain alat tersebut secara mobile untuk memperluas cakupan layanan hingga menjangkau sejumlah daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi.

"Itu alat-alat yang bisa mendeteksi berat molekul, bisa mendeteksi bentuk molekul, dan kimianya molekul," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023