• Beranda
  • Berita
  • Minyak turun imbas aktivitas pabrik China susut, pasar amati data AS

Minyak turun imbas aktivitas pabrik China susut, pasar amati data AS

31 Agustus 2023 14:31 WIB
Minyak turun imbas aktivitas pabrik China susut, pasar amati data AS
Arsip Foto - Kapal tanker minyak mentah Fuga Bluemarine berlabuh dekat Terminal Kozmino, Teluk Nakhodka, dekat Kota Pelabuhan Nakhodka, Rusia, Minggu (4/12/2022). ANTARA/REUTERS/Tatiana Meel/am.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, yang berakhir pada Kamis, turun 9 sen atau 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 85,77 dolar AS per barel

Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur China menyusut selama lima bulan berturut-turut, dan investor berhati-hati menunggu laporan pengeluaran konsumsi pribadi AS hari ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai prospek suku bunga.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober, yang berakhir pada Kamis, turun 9 sen atau 0,1 persen menjadi diperdagangkan di 85,77 dolar AS per barel pada pukul 06.30 GMT. Kontrak November yang lebih aktif turun 10 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 85,14 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Oktober tergelincir 6 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan pada 81,57 dolar AS per barel.

Aktivitas manufaktur China kembali merosot pada Agustus, menurut survei pabrik resmi pada Kamis, memicu kekhawatiran seputar pelemahan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Indeks manajer pembelian (PMI) resmi naik menjadi 49,7 dari 49,3 pada Juli, menurut Biro Statistik Nasional, namun tetap di bawah level 50 poin yang membatasi kontraksi dan ekspansi.

Prospek pasokan minyak AS yang lebih ketat mendukung harga pada sesi sebelumnya, namun hal ini bertentangan dengan kekhawatiran terhadap permintaan, kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

"Secara keseluruhan, faktor-faktor yang saling bertentangan memaksa harga menjadi ragu-ragu hari ini, yang selanjutnya disebabkan oleh sikap menunggu dan melihat (wait-and-see) karena fokus beralih ke rilis PCE inti AS malam ini," kata Yeap, dikutip dari Reuters.

Investor mengamati angka inflasi yang diukur dengan pengeluaran konsumsi pribadi AS, yang akan dirilis pada Kamis. PCE adalah ukuran inflasi pilihan Federal Reserve.

Untuk saat ini, harga minyak menuju kenaikan mingguan, dengan data pemerintah AS menunjukkan pasokan minyak mentah lebih sedikit dari perkiraan, sementara kudeta militer di Gabon, salah satu anggota OPEC, juga meningkatkan kekhawatiran akan gangguan pasokan minyak mentah.

Para analis memperkirakan Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari selama tiga bulan berturut-turut hingga Oktober, menambah pemotongan yang dilakukan oleh OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia.

Sementara itu, pemerintah AS merevisi turun pertumbuhan produk domestik bruto menjadi 2,1 persen pada kuartal lalu, dari laju 2,4 persen yang dilaporkan bulan lalu, dan data yang dirilis pada Rabu (30/9/2023) menunjukkan pertumbuhan penggajian swasta melambat secara signifikan pada Agustus.

Federal Reserve dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunganya jika pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terus melambat pada kecepatan bertahap saat ini, kata mantan presiden Fed Boston pada Rabu (30/9/2023).

"Berita buruk itu baik, karena data ekonomi AS yang lebih lemah menurunkan ekspektasi kenaikan suku bunga lagi," kata ANZ Research dalam sebuah catatan. Suku bunga yang lebih tinggi mengurangi permintaan dan menekan harga minyak.

Baca juga: Minyak naik di awal Asia karena pasokan terbatas, PMI China jadi fokus
Baca juga: Pasokan minyak mentah AS turun, data minyak bumi lainnya beragam
Baca juga: Harga minyak naik setelah data AS tunjukkan pasokan lebih ketat

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023