• Beranda
  • Berita
  • Dolar naik di awal Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen jatuh

Dolar naik di awal Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen jatuh

6 September 2023 09:24 WIB
Dolar naik di awal Asia di tengah kekhawatiran pertumbuhan, yen jatuh
Ilustrasi - Seorang nasabah meninggalkan tempat penukaran mata uang asing di salah satu pusat perbelanjaan kawasan Mega Kuningan, Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/mes/aa

Tidak mengherankan jika para pejabat meningkatkan kewaspadaan, karena pelemahan yen sudah terlihat jelas.

Dolar Amerika Serikat (AS) naik mendekati level tertingginya dalam enam bulan di awal sesi Asia pada Rabu, karena kegelisahan atas China dan pertumbuhan global menyeret sentimen risiko.

Sementara yen mendekati level terendah dalam 10 bulan, menarik peringatan terkuat sejak pertengahan Agustus dari diplomat mata uang utama Jepang.

Yen berada di 147,66 per dolar AS pada awal sesi Asia, hanya sedikit di bawah 147,8 per dolar AS, terendah sejak 4 November yang disentuh semalam. Mata uang Asia itu telah berada di sekitar level kunci 145 per dolar AS selama beberapa minggu terakhir, menyebabkan para pedagang mewaspadai tanda-tanda intervensi.

“Kami tidak akan mengesampingkan opsi apa pun jika pergerakan spekulatif terus berlanjut,” kata diplomat mata uang terkemuka Jepang Masato Kanda kepada wartawan pada Rabu.

Kanda, Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk Urusan iInternasional, telah menjadi tokoh sentral dalam upaya negara tersebut untuk membendung penurunan tajam yen sejak tahun lalu.

Jepang melakukan intervensi di pasar mata uang tahun lalu pada September ketika dolar AS naik melewati 145 yen, mendorong Kementerian Keuangan untuk membeli yen dan mendorong nilai tukar kembali ke sekitar 140 yen.

“Tidak mengherankan jika para pejabat meningkatkan kewaspadaan, karena pelemahan yen sudah terlihat jelas,” kata Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC di Singapura.

"Kita mungkin akan melihat lebih banyak intervensi verbal seperti itu jika pergerakan yen dianggap sepihak dan berlebihan," katanya pula.

Terhadap sejumlah mata uang, dolar AS naik 0,067 persen menjadi 104,80, tidak jauh dari level tertinggi enam bulan di 104,90 yang disentuh semalam. Data ekonomi dari China dan Eropa pada Selasa (5/9), menimbulkan kekhawatiran akan melambatnya pertumbuhan global, sehingga mendorong investor berebut dolar AS.

Data dari zona euro dan Inggris menunjukkan penurunan aktivitas bisnis pada bulan lalu, sementara survei sektor swasta menunjukkan aktivitas jasa-jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan pada Agustus.

Euro tidak berubah pada 1,0721 dolar AS pada jam Asia, setelah menembus level terendah tiga bulan di 1,0705 semalam. Sterling terakhir berada di 1,2559 dolar AS, turun 0,03 persen hari ini. Sterling juga menyentuh level terendah tiga bulan di 1,25285 dolar AS.

Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan pada Selasa (5/9) bahwa data ekonomi terbaru memberikan ruang bagi Bank Sentral AS untuk melihat apakah mereka perlu menaikkan suku bunga lagi dan dia tidak melihat adanya hal yang akan memaksa tindakan untuk meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek lagi.

Pasar memperkirakan 93 persen peluang The Fed mempertahankan suku bunga tetap stabil pada akhir bulan ini, dan 55 persen peluang tidak adanya kenaikan lagi tahun ini, menurut alat CME FedWatch.

Dolar Australia turun 0,17 persen menjadi 0,637 dolar AS, setelah turun 1,3 persen sehari sebelumnya, menyusul keputusan kebijakan dari Bank Sentral Australia untuk mempertahankan suku bunga tetap stabil. Kiwi turun 0,31 persen menjadi 0,587 dolar AS.
Baca juga: Dolar menguat di awal Asia, Aussie tergelincir jelang keputusan RBA
Baca juga: Dolar AS menguat di tengah kekhawatiran pertumbuhan global

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023