Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rosan Roeslani mengatakan Indonesia mengalami revolusi keuangan digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berada di garis depan revolusi keuangan digital, menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan yang luar biasa," kata Rosan dalam acara ASEAN Indo-Pacific Forum 2023 di Jakarta, Rabu.
Rosan menjelaskan pada tahun 2011 hingga 2022, pemain teknologi finansial (fintech) di Indonesia meningkat enam kali lipat dari sekitar 51 menjadi lebih dari 300 pemain aktif.
Sementara itu, 33 persen populasi memilih e-wallet sebagai metode pembayaran bawaan mereka pada tahun 2021, sehingga menempatkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara dengan perekonomian maju di Asia.
Transisi Indonesia menuju ekonomi digital terlihat jelas dengan pembayaran non-tunai yang melonjak dari 813 juta dolar AS menjadi 26,2 miliar dolar AS pada periode tahun 2017 hingga 2022.
Baca juga: Wamen BUMN: Transformasi keuangan digital dorong inklusi di ASEAN
Menurut Rosan, transisi tersebut menghasilkan ekosistem transaksi digital yang berkembang pesat. Hal itu ditunjukkan oleh nilai transaksi bruto pembayaran digital, yang tumbuh dari sekitar 206 miliar dolar AS pada tahun 2019 menjadi 266 miliar dolar AS pada tahun 2022.
"Yang lebih menjanjikan lagi, kami memperkirakan angka ini akan melonjak hingga lebih dari 400 miliar dolar AS pada tahun 2025," tuturnya.
Selain itu, sektor pinjaman digital telah menunjukkan pertumbuhan pesat, dengan memperluas jumlah pinjamannya dari satu miliar dolar AS pada 2017 menjadi lima miliar dolar AS pada 2022.
"Peningkatan ini menekankan komitmen kami untuk memastikan inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Rosan.
Baca juga: Wamen BUMN: BUMN sebagai katalis kemajuan keuangan digital Indonesia
Baca juga: Kementerian BUMN bidik potensi kerja sama 50 miliar dolar AS dari AIPF
"Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berada di garis depan revolusi keuangan digital, menunjukkan pertumbuhan dan ketahanan yang luar biasa," kata Rosan dalam acara ASEAN Indo-Pacific Forum 2023 di Jakarta, Rabu.
Rosan menjelaskan pada tahun 2011 hingga 2022, pemain teknologi finansial (fintech) di Indonesia meningkat enam kali lipat dari sekitar 51 menjadi lebih dari 300 pemain aktif.
Sementara itu, 33 persen populasi memilih e-wallet sebagai metode pembayaran bawaan mereka pada tahun 2021, sehingga menempatkan Indonesia sejajar dengan beberapa negara dengan perekonomian maju di Asia.
Transisi Indonesia menuju ekonomi digital terlihat jelas dengan pembayaran non-tunai yang melonjak dari 813 juta dolar AS menjadi 26,2 miliar dolar AS pada periode tahun 2017 hingga 2022.
Baca juga: Wamen BUMN: Transformasi keuangan digital dorong inklusi di ASEAN
Menurut Rosan, transisi tersebut menghasilkan ekosistem transaksi digital yang berkembang pesat. Hal itu ditunjukkan oleh nilai transaksi bruto pembayaran digital, yang tumbuh dari sekitar 206 miliar dolar AS pada tahun 2019 menjadi 266 miliar dolar AS pada tahun 2022.
"Yang lebih menjanjikan lagi, kami memperkirakan angka ini akan melonjak hingga lebih dari 400 miliar dolar AS pada tahun 2025," tuturnya.
Selain itu, sektor pinjaman digital telah menunjukkan pertumbuhan pesat, dengan memperluas jumlah pinjamannya dari satu miliar dolar AS pada 2017 menjadi lima miliar dolar AS pada 2022.
"Peningkatan ini menekankan komitmen kami untuk memastikan inklusi keuangan bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar Rosan.
Baca juga: Wamen BUMN: BUMN sebagai katalis kemajuan keuangan digital Indonesia
Baca juga: Kementerian BUMN bidik potensi kerja sama 50 miliar dolar AS dari AIPF
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023