Selain menghemat air, kata Eddy, bentuk mitigasi yang bisa dilakukan adalah memanen air saat kemarau panjang dengan memanfaatkan lumbung air dan embung.
Baca juga: Sejumlah wilayah kekeringan, BNPB imbau warga mulai hemat air bersih
Baca juga: Sejumlah wilayah kekeringan, BNPB imbau warga mulai hemat air bersih
Tanaman padi yang membutuhkan banyak air juga harus diganti menjadi tanaman palawija yang hanya butuh sedikit air, seperti jagung, kedelai, singkong, atau ubi jalar.
"Jangan memaksakan diri dengan tanaman yang butuh banyak air. Efek kemarau kali ini besar, terutama hotel-hotel harus berhemat dengan air," imbuhnya.
Lebih lanjut, Eddy menyampaikan bahwa puncak El Nino kemungkinan terjadi pada Desember, Januari, dan Februari tahun depan.
Fenomena unik yang tercipta dari El Nino adalah Indonesia yang seharusnya mengalami musim hujan, tetapi malah musim kemarau.
"Satu satunya harapan kita adalah uap air yang berasal dari Asia masuk ke wilayah Indonesia," katany.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan musim kemarau telah menimbulkan kekeringan, terutama daerah lumbung pangan yang berada di sepanjang pesisir Pantai Utara Jawa.
Baca juga: Minimalkan El Nino, warga Sukabumi diseru masifkan gerakan hemat air
Baca juga: Hadapi dampak El Nino, BMKG imbau masyarakat hemat penggunaan air
Baca juga: Minimalkan El Nino, warga Sukabumi diseru masifkan gerakan hemat air
Baca juga: Hadapi dampak El Nino, BMKG imbau masyarakat hemat penggunaan air
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari mengatakan beberapa daerah sudah memerlukan dukungan air bersih menggunakan mobil tangki, yakni Kabupaten Bogor dan Sukabumi di Jawa Barat.
"Hampir setengah dari total kabupaten di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sudah sangat terdampak kekeringan," kata Abdul.
"Kita harus bantu masyarakat yang butuh air, tetapi untuk jangka panjang memang kita harus bicara restorasi ekosistem. Ketika kita bicara pra-bencana, yaitu modifikasi cuaca untuk menambah volume air yang ada di danau atau waduk," pungkasnya.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023