Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjadi tuan rumah kegiatan forum dialog City Window Series (CWS) II yang diselenggarakan selama tiga hari oleh Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC) untuk mendukung pembangunan hijau.Program ini mendukung pembangunan hijau di kota-kota ASEAN yang dibiayai oleh EU (European Union/Uni Eropa), dilaksanakan oleh UNCDF (United Nations Capital Development Fund)
"Program ini mendukung pembangunan hijau di kota-kota ASEAN yang dibiayai oleh EU (European Union/Uni Eropa), dilaksanakan oleh UNCDF (United Nations Capital Development Fund), kemudian berjalan sekarang ada 13 kota di ASEAN," kata Penasihat Senior Program SGAC-UNCDF Fakri Karim di Purwokerto, Banyumas, Selasa siang.
Ia mengatakan hal itu saat konferensi pers kegiatan CWS II Program SGAC yang dihadiri Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Novrizal Tahar, Bupati Banyumas Achmad Husein, dan Program Manager SGAC-UNCDF Chencho G Dorjee.
Baca juga: Kemenkop UKM bahas penguatan digitalisasi koperasi pertanian di ASEAN
Menurut dia, Banyumas merupakan salah satu kota di Indonesia yang ikut dalam Program SGAC bersama beberapa kota lain di ASEAN, dan sekarang ada satu kota lagi, yakni Banyuwangi, Jawa Timur.
"Program itu meningkatkan kapasitas kota untuk pembiayaan pembangunan berkelanjutan, hijau, dan smart di kota masing-masing," jelasnya.
Khusus untuk Banyumas yang tahun ini menjadi tuan rumah bagi forum dialog CWS II, kata dia, hal itu membawa satu pengalaman yang luar biasa terkait dengan apa yang telah diraih oleh Bupati Banyumas dan pihak lainnya di Indonesia terutama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.
Oleh karena itu, lanjut dia, dalam kegiatan tersebut ada delegasi dari 13 kota se-ASEAN yang datang ke Banyumas sebagai bagian dari forum dialog dan juga untuk melihat pengalaman Banyumas dalam manajemen pengelolaan sampah.
Baca juga: CGTN: Integrasi ekonomi regional tingkatkan kemakmuran China-ASEAN
Menurut Fakri, delegasi dari berbagai negara tersebut juga akan melalukan kunjungan lapangan pada hari Rabu (13/9) untuk melihat pengelolaan sampah di Banyumas.
Sementara itu, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK Novrizal Tahar mengatakan masuknya Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dalam Program SGAC itu melalui proses dan asesmen karena Pemerintah Indonesia mengusulkan beberapa kota untuk mengikuti program tersebut.
Oleh karena itu, kata dia, pihaknya memberikan apresiasi kepada Purwokerto yang terpilih ke dalam program tersebut.
Lebih lanjut, dia mengatakan Pemerintah Indonesia punya komitmen yang kuat untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Sebagaimana kita ketahui dari Paris Agreement itu semua negara wajib menurunkan emisi gas rumah kaca," tegasnya.
Baca juga: Menhub tekankan Indonesia harus jadi pengekspor motor listrik
Ia mengatakan, ada lima sektor yang ditetapkan oleh pemerintah dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca, yakni sektor energi, hutan, pertanian, perindustrian, dan limbah.
Di dalam komitmen yang disampaikan Pemerintah Indonesia pada tahun 2022, kata dia, ada komitmen yang meningkat dari sektor limbah.
"Kita harus menurunkan 40 juta (ton) CO2 ekuivalen tahun 2030," jelasnya.
Menurut dia, pengelolaan sampah yang tidak baik dapat mengeluarkan emisi gas rumah kaca yang sangat signifikan.
Dalam hal ini, kata dia, tempat pembuangan akhir sampah akan menghasilkan gas rumah kaca dalam bentuk gas metana yang emisinya bisa 28 kali lipat dari CO2.
Baca juga: KKP dukung implementasi Kerangka Kerja Ekonomi Biru ASEAN
Dengan adanya target pengurangan gas rumah kaca pada 2030 dan target nol emisi karbon pada 2060, lanjut dia, ada beberapa kebijakan besar yang akan dilakukan Pemerintah Indonesia.
"Pertama tentu adalah less landfill closed, atau zero waste to landfill kalau bisa, karena sumber emisi gas dalam bentuk metana itu dari landfill," katanya.
Selain itu, kata dia, pihaknya ingin membangun upaya-upaya mitigasi pengelolaan sampah yang menyelesaikan persoalan sampah sekaligus menurunkan emisi gas rumah kaca.
Menurut dia, Banyumas sudah melakukan upaya-upaya tersebut dan saat ini hampir zero waste to landfill.
"Padahal tahun 2017 atau 2019 itu hampir 450 ton per hari. Jadi ini menjadi penting, pertemuan di Purwokerto dan Banyumas, karena ini juga menjadi lesson learned bagi pengelolaan sampah di Indonesia ke depan dan penting juga buat ASEAN," kata Novrizal.
Program Manager SGAC-UNCDF Chencho G Dorjee mengaku kagum terhadap Pemerintah Kabupaten Banyumas yang telah berhasil dalam pengelolaan sampah.
"Banyumas saat ini menjadi yang terkemuka dalam pengelolaan sampah," tegasnya.
Baca juga: Rute ASEAN dominasi kedatangan penumpang internasional di Bandara Bali
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023