Jakarta (ANTARA News) - Perangkat-perangkat elektronika berteknologi canggih (gadget) seperti ponsel pintar (smartphone) dan tablet seringkali justru mampu mendikte perilaku para penggunanya, bukan pengguna yang mengatur pemakaian perangkat mereka, demikian disampaikan Psikolog Tika Bisono.Para pemilik ponsel pintar menjadi tidak bebas untuk memilih kapan menggunakan alat mereka.
"Para pemilik ponsel pintar menjadi tidak bebas untuk memilih kapan menggunakan alat mereka," kata Tika selepas peluncuran program Pagar Hati dari Cross Mobilephone, di Jakarta, Rabu.
Tika menyontohkan ketidakbebasan para pengguna ponsel pintar dari perangkat mereka terlihat ketika mereka sangat tertekan saat lupa membawa ponsel pintarnya.
"Atau orang-orang yang tidak bisa jauh dari ponsel pintar mereka meski saat tidur," katanya.
Psikolog sekaligus penyanyi itu menambahkan gegar budaya (cultural shock) masyarakat Indonesia terhadap perangkat-perangkat teknologi canggih telah merambah usia muda, termasuk anak-anak dan remaja.
"Misalnya remaja yang setiap lima menit ganti status (di perangkat) mereka. Mereka di mana, masih apa. Itu malah seperti memberitahu penjahat posisi mereka," kata Tika.
Para pengguna 'gadget' yang telah kecanduan, menurut Tika, dapat diberi sejumlah terapi agar mengetahui bagaimana memposisikan 'gadget' selayaknya.
"Pertama dengan 'cognitive therapy' seperti konseling. Jika ada gejala adiktif, dapat memakai hypnotis atau 'behaviour therapy' yaitu dengan memberi tugas-tugas lain sehingga perhatian tidak lagi pada 'gadget'," kata Tika. Tika mengatakan perilaku remaja yang telah terdikte 'gadget' juga dapat terlihat dari isi pesan-pesan yang bersifat personal di media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter.
Pewarta: Imam Santoso
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013