“Seperti di Kepulauan Seribu, tren wisata bahari akan semakin berkembang,” kata Koordinator DFW Indonesia, Mohamad Abdi Suhufan, saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Potensi perkembangan wisata bahari itu berdasar pada sumber daya dan kekayaan alam yang ada, seperti; menjadi tempat tinggal bagi ratusan jenis ikan, terumbu karang, mangrove, dan satwa langka yang dilindungi.
Abdi Suhufan menyampaikan perkembangan pariwisata bahari akan cepat terwujud jika terjadi sinergi yang kuat antara pemangku kepentingan dan masyarakat pesisir.
Pemerintah maupun swasta perlu mendorong agar masyarakat menjadi pelaku utama dalam mewujudkan ekonomi biru di ibu kota, sehingga dapat menerima manfaat yang besar dan menekan potensi konflik.
Di sisi lain, masyarakat juga harus meningkatkan kapasitas dan kesadarannya tentang wisata berkelanjutan dengan menjaga ekosistem laut dari kerusakan dan pencemaran.
Hal lain yang perlu dilakukan yakni meningkatkan dan memastikan ketersediaan infrastruktur dasar di kawasan pesisir, seperti sarana telekomunikasi, air bersih, dan listrik.
Program peningkatan ekonomi UMKM masyarakat pesisir
Selain wisata bahari, ekonomi berbasis UMKM dan budidaya juga memiliki potensi yang besar untuk menopang kehidupan warga pesisir.
Bahan baku hasil laut seperti kerang dan ikan sangat melimpah sehingga dapat menjadi sumber penghasilan bagi warga, utamanya yang bermukim di wilayah utara Jakarta.
Namun, 60 persen masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir tersebut berpotensi terancam ketahanan pangan dan kehidupan berkelanjutannya.
Fenomena over fishing yang mengakibatkan menurunnya stok ikan, terjadinya pengasaman dan kerusakan laut, pemutihan karang, dan hilangnya keanekaragaman hayati menjadi bentuk nyata perubahan iklim.
Hal itu yang menggerakkan Yayasan Sahabat Hati Bunda sebagai kelompok pegiat ekonomi masyarakat pesisir bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk merancang program peningkatan ketangguhan ekonomi, perlindungan pada perempuan, termasuk menciptakan masyarakat yang adaptif terhadap perubahan iklim.
“Yang dibutuhkan warga pesisir adalah mengidentifikasi peluang ekonomi yang produktif,” kata Manajer SHB Melny Nova Katuuk, di Jakarta, Kamis.
Melny menyampaikan komitmennya bersama pemprov untuk turut memajukan UMKM khususnya di pesisir Muara Angke.
Sejumlah program telah disiapkan, di antaranya mendirikan rumah pangan, pelatihan dan pendampingan usaha bawang goreng, olahan ikan asin, dan kerajinan dari cangkang kerang, sehingga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.
Terkait persoalan kelautan, Indonesia saat ini menjadi tuan rumah Penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Archipelagic and Island States (AIS) Forum 2023 yang akan berlangsung di Provinsi Bali pada 11 Oktober mendatang.
Forum itu dapat menjadi kontribusi Indonesia sebagai inisiator dalam menangani isu-isu global berkaitan dengan kelautan.
Baca juga: Kemenko Marves: Kerja sama di KTT AIS didorong oleh kesamaan geografis
Baca juga: Media Center KTT AIS Forum siap tampung 500 jurnalis lokal dan asing
Baca juga: KTT AIS jadi kontribusi Indonesia dalam penanganan isu kelautan global
Pewarta: Moch Mardiansyah Al Afghani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2023