Jika BI tak menahan suku bunga atau menurunkan suku bunga, maka dengan credit rating AS yang lebih baik dari Indonesia, maka investor akan memilih investasi di AS
Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova memprediksi rupiah di kisaran Rp15.375-Rp15.415 per dolar Amerika Serikat (AS) karena pasar uang masih dipengaruhi sinyal hawkish dari The Fed hingga akhir tahun 2023.
“Adanya sinyal hawkish dari The Fed dikarenakan target inflasi AS yang belum tercapai, (serta) perekonomian AS dan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat ke depan,” ujar dia ketika dihubungi Antara di Jakarta, Jumat.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, melemah 0,06 persen atau 9 poin menjadi Rp15.384 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.375 per dolar AS.
Menurut Rully Nova, target inflasi AS yang belum tercapai karena pertumbuhan ekonomi AS ditopang oleh tingkat konsumsi masyarakat dan pasar kerja yang terus bertumbuh.
Di samping itu, keputusan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan di level 5,75 persen dinilai baik oleh investor. Kendati BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga acuan, tetapi tindakan tersebut tak dilakukan BI guna menahan pelemahan rupiah.
“Suku bunga yang dipertahankan dapat menahan pelemahan rupiah karena spread suku bunga dengan The Fed masih bisa terjaga, selain kebijakan suku bunga BI juga aktif di pasar valas dan pasar SUN (Surat Utang Negara). Jika BI tak menahan suku bunga atau menurunkan suku bunga, maka dengan credit rating AS yang lebih baik dari Indonesia, maka investor akan memilih investasi di AS,” ucap Rully.
Baca juga: Pengamat: Tekanan global terhadap rupiah masih sangat besar
Baca juga: Analis: Rupiah Rabu cenderung melemah, dolar AS kembali "rebound"
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023