• Beranda
  • Berita
  • Taliban Afghanistan bebaskan empat insinyur Turki

Taliban Afghanistan bebaskan empat insinyur Turki

13 Mei 2013 09:38 WIB
Taliban Afghanistan bebaskan empat insinyur Turki
Asap mengepul dari lokasi serangan dekat parlemen Afghanistan di Kabul, Minggu (15/4). Taliban Afghanistan menyatakan mereka meluncurkan "musim semi serangan", Minggu kemarin, dengan berbagai serangan kepada kedutaan asing di pusat wilayah diplomasi dan parlemen di Kabul, dengan peledak berat, roket dan kontak senjata membahana di kota. (REUTERS/Pajhwok News Agency/Handout)

... empat orang dari mereka telah diserahkan kepada kami... "

Istanbul (ANTARA News) - Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan, Minggu, Taliban telah membebaskan empat dari delapan insinyur yang diculik bulan lalu di Afghanistan.

"Delapan insinyur Turki diculik belum lama ini di Afghanistan ketika helikopter mereka mengalami kecelakaan saat mendarat. Berkat upaya-upaya MIT (intelijen Turki), empat orang dari mereka telah diserahkan kepada kami dan selamat," kata Erdogan selama pertemuan umum di Istanbul.

Seorang Rusia, seorang Kyrgyzstan dan seorang Afghanistan diculik bersama kedelapan warga Turki itu pada 21 April setelah helikopter mereka mengalami kecelakaan dalam pendaratan di Logar, sebuah daerah pangkalan Taliban di sebelah selatan Kabul, ibu kota Afghanistan.

Para sesepuh suku membantu merundingkan pembebasan keempat warga Turki itu.

Insiden itu merupakan penculikan terbesar warga asing dalam waktu hampir enam tahun dan menyoroti keadaan yang masih tidak aman di Afghanistan ketika pasukan NATO bersiap-siap menarik diri dari negara itu pada tahun depan.

Terakhir kali kelompok besar warga asing diculik di Afghanistan adalah pada Juli 2007, ketika Taliban menangkap 23 sukarelawan gereja Korea Selatan yang bepergian di wilayah selatan dengan bis wisata.

Turki selaku anggota NATO menempatkan sekitar 1.850 prajurit non-tempur di Afghanistan, terutama di Kabul.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak rakitan) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer.

Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.

Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan.

(M014)


Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013