Titik-titik perlintasan itu hampir dua pekan ditutup menyusul terjadinya rangkaian aksi protes yang diwarnai kekerasan di sepanjang perbatasan.
Sekitar 18 ribu warga Gaza mendapatkan izin dari otoritas Israel untuk bekerja di luar enklave yang diblokade tersebut.
Kontribusi mereka terhadap ekonomi di wilayah yang miskin itu mencapai sekitar 2 juta dolar AS (Rp31 miliar) per hari.
Langkah Israel itu diambil ketika Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berupaya meredakan ketegangan dan mencegah gelombang baru konflik bersenjata di enklave tersebut.
Baca juga: PBB: Israel tahan 1.264 warga Palestina, terbanyak dalam satu dekade
Selama sekitar dua pekan, para demonstran yang melemparkan batu dan alat peledak berhadapan dengan pasukan Israel yang membalas dengan peluru tajam. Paling sedikit satu orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam insiden itu.
Aksi protes pada Rabu berkurang intensitasnya, begitu pula aksi balasan dari Israel. Seorang pejabat Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa hal itu terjadi "atas permintaan mediator untuk meredakan ketegangan".
Para pekerja yang sangat ingin kembali bekerja mulai membanjiri sisi Palestina dari perlintasan, sesaat setelah Israel menyampaikan pengumuman itu Rabu malam.
"Kami ingin bekerja dan mencari nafkah untuk anak-anak kami karena situasinya terlalu buruk bagi kami selama dua pekan terakhir," kata Khaled Zurub (57) yang bekerja pada proyek konstruksi di Israel.
Cogat, badan di bawah Kementerian Pertahanan Israel yang berkoordinasi dengan Palestina, mengatakan penilaian keamanan akan menentukan apakah perbatasan akan tetap dibuka.
Baca juga: AS berlakukan bebas visa bagi warga Israel
Dalam sebuah pernyataan, kelompok "Pemuda Revolusioner", yang mengorganisasi aksi protes dalam beberapa pekan terakhir, menyatakan telah menangguhkan demonstrasi.
Keputusan itu diambil setelah mereka dijanjikan oleh mediator bahwa Israel akan menghentikan tindakan provokatif di Yerusalem dan melonggarkan blokade di Gaza.
Hazem Qassem, juru bicara kelompok bersenjata Hamas yang memerintah Gaza dan menentang kesepakatan perdamaian dengan Israel, menyebut Israel terus melanggar hak warga Gaza untuk bebas bepergian dengan berkali-kali menutup perbatasan dan memblokade wilayah itu.
Israel menghalangi banyak kiriman barang ke Gaza dengan bantuan Mesir dengan dalih keamanan. Mereka juga berhak membatasi ekspor dari Gaza.
Data IMF menunjukkan bahwa pendapatan per kapita penduduk Gaza hanya seperempat dari pendapatan warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat.
Bank Dunia mengatakan pengangguran di Gaza hampir mencapai 50 persen.
Baca juga: PBB terus advokasi solusi dua negara terkait konflik Israel-Palestina
Sumber: Reuters
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023