• Beranda
  • Berita
  • Maskapai penerbangan diminta waspadai awan cumulonimbus

Maskapai penerbangan diminta waspadai awan cumulonimbus

18 Mei 2013 14:50 WIB
Maskapai penerbangan diminta waspadai awan cumulonimbus
Awan cumulonimbus sebagaimana tumbuh di atas pelabuhan. Hunjaman petir dalam skala masif berasal dari dalam awan ini ke Bumi. Awan ini salah satu hal yang paling dihindari penerbang. (istimewa)

... mengandung listrik tegangan ekstrim tinggi... "

Pangkalpinang, Bangka Belitong (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pangkalpinang meminta maskapai penerbangan mewaspadai pertumbuhan awan cumulonimbus. Awan ini berpotensi badai hingga menjadi sarang petir dan halilintar, dan es.

"Waspadai cumulonimbus berskala setempat yang mengandung listrik tegangan ekstrim tinggi dan apabila pesawat tetap menembus awan ini bisa mengakibatkan goncangan mesin yang mengganggu sistem komunikasi," kata petugas Kantor BMKG Pangkalpinang, Akhmad Fadholi, di Pangkalpinang, Sabtu.

Pengamatan Kantor BMKG setempat, Mei 2013 puncak musim hujan dipicu kepesatan pertumbuhan awan cumulonimbus yang membawa angin kencang dan petir, sehingga para pilot pesawat agar mewaspadai awan ini untuk menghindari kecelakaan penerbangan.

Secara umum, katanya, kondisi cuaca di provinsi itu belum mempengaruhi aktivitas penerbangan namun harus diwaspadai awan rendah yang beresiko menghalangi penglihatan.

"Awan rendah dapat menghalangi jarak pandang atau penglihatan sehingga menyulitkan pilot untuk mendarat, ini berbahaya bagi keselamatan penumpang," ujarnya.

Ada beberapa resiko dari pertumbuhan awan cumulonimbus ini, di antaranya potensi udara vakum yang bisa membuat pesawat terbang kehilangan ketinggian dan turbulensi ke segala arah yang membahayakan struktur pesawat terbang itu. 

Cumulonimbus biasa terdapat di lingkar tropis, tumbuh dalam sekejap mata akibat dinamika cuaca dan iklim setempat. Dia bisa "tumbuh" menyerap sinar matahari sehingga gelap total di ketinggian 3.000 meter dari permukaan laut hingga puluhan ribu meter dari permukaan laut dalam luasan yang luar biasa.

(KR-ARS/R014) 

Pewarta: Aprionis
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013