"Pemerintah butuh sekitar 1.108 miliar dolar Amerika atau sekitar 28,5 miliar dolar AS per tahun, ini potensi yang luar biasa sekali. Investasi NZE dan EBT ini perlu dukungan dari investor, pengusaha baik dalam maupun luar negeri," kata Adik dalam keterangannya yang diterima di Surabaya, Rabu.
Adik menjelaskan langkah tersebut harus dilakukan mengingat kian menurunnya produksi minyak nasional.
Menurut dia, sesuai data Kementerian ESDM, saat ini bauran energi Primer masih didominasi oleh energi fosil, dengan perincian batu bara mencapai 37,6 persen, minyak bumi 33,4 persen dan gas alam sebesar 16,7 persen, sementara kontribusi EBT masih sekitar 12,3 persen.
"Sebenarnya bisnis sektor EBT ini sangat menarik bagi investor sebab ini adalah bisnis masa depan dan potensi EBT di Indonesia sangat besar," ucapnya.
Secara nasional, lanjutnya, potensi EBT di Indonesia mencapai 3.689 Giga Watt (GW), terdiri dari energi solar 3.295 GW, air 95 GW, bio energy 57 GW, angin 155 GW, panas bumi 24 GW dan laut 63 GW.
"Tetapi yang telah dimanfaatkan hanya sekitar 12,602 MW atau sekitar 0,3 persen dari total potensi yang ada. Karena mau tidak mau, fosil akan habis, minyak akan habis, batu bara juga akan habis," tuturnya.
Di satu sisi, kata dia, Indonesia memiliki potensi EBT yang cukup besar yang belum tergarap maksimal, mulai panas bumi, air, angin, biomassa dan lain sebagainya.
"Oleh karena itu saya mengajak teman-teman pengusaha Jatim untuk ikut berbisnis di sektor ini,” kata dia.
Adik mengatakan setelah ada investor masuk, yang perlu dipermudah adalah aturannya, artinya kemudahan berusaha di sektor EBT harus dijamin, tidak hanya sekedar janji.
"Kemudahan perizinan dan kecepatan. Itu yang dibutuhkan karena sejauh ini masih banyak yang mengeluhkan soal itu. Kepastian berusaha harus dipertegas, juga kepastian bahwa produksi EBT bisa dibeli PLN," ujarnya.
Selain itu, dirinya juga berharap pemerintah secara masif melakukan sosialisasi pengembangan EBT dan potensi bisnisnya kepada para investor, karena sejauh ini masih belum banyak pengusaha yang paham dan mengerti tentang bisnis tersebut.
"Dengan potensi yang sudah ada, maka harus sering ditawarkan, disosialisasikan kepada pengusaha dan investor, baik dalam maupun luar negeri. Karena buat teman-teman di Kadin ini adalah bisnis baru yang sangat potensial dan semua negara di dunia saat ini sedang melirik EBT," ujar Adik.
Sementara itu, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Timur Dyah Wahyu Ermawati mengatakan potensi EBT di Jatim sangat luar biasa besar, karena pasarnya juga cukup besar.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Jatim berkomitmen memberikan kemudahan bagi para investor yang ingin masuk dan berinvestasi di wilayah tersebut.
"Kami berikan kemudahan perizinan berusaha dan juga penyediaan data serta informasi tentang peluang investasi,” ucapnya.
Baca juga: Kadin Jatim: langkah pemerintah atur "social commerce" sudah tepat
Baca juga: Kadin gandeng bank kerja sama fasilitasi permodalan UMKM
Pewarta: Abdul Hakim/Naufal Ammar Imaduddin
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023