Mata kedua pria yang kemudian diketahui bernama Aman (46) dan Ma`mun (43), terus tertuju pada satu kolam yang berada di sebelah kiri.
Setelah didekati, ternyata di dalam kolam yang berisi air dengan kedalaman sekitar 30 centimeter tersebut terdapat kakaban, yakni ijuk pohon enam yang dijepit dengan belahan bambu. Dalam kolam itu terdapat dua ekor lele dombu (sepasang).
"Kami sedang memijahkan (menelurkan) lele," kata Aman singkat, ketika ditanya kegiatan yang sedang dilakukannya.
Dua jam kemudian, tampak dua ekor lele tersebut saling berkejaran. Pejantan terus mengejar betinanya.
"Itu betinanya akan bertelur," kata Ma`mun sambil menunjuk ke arah lele betina sedang berlari dan terus dikejar oleh pejantan.
"Kalau mau bertelur lele betina akan menuju ke ijuk, dan di ijuk itulah akan bertelur. Nanti telur-telurnya menempel di ijuk," kata Aman menyambung pembicaraan rekannya.
Suasana hening, dan semua mata tertuju pada sepasang ikan lele yang sedang berkejaran dalam kolam terpal.
Tiba-tiba "gocoprok" suara air yang "disapu" ekor lele betina, dan bersamaan dengan suara tersebut, lele betina tersebut mengeluarkan telur-telur dari dalam perutnya. Lele betina itu terus mengeluarkan telur selama sekitar setengah jam.
Ribuan telur berbentuk bulat dengan ukuran lebih kecil dari kacang ijo itupun menempel di kakaban. Semua ijuk yang ada dalam kolam tersebut penuh ditempeli telur ikan lele.
Sekitar pukul 03.00 WIB dini hari, Aman mengambil kedua ekor ikan lele dari kolam terpal, dan kembali dimasukan dalam kolam penyimpanan dengan cara dipisahkan.
"Penyimpanan indukan dengan pejantan harus dipisahkan. Kalau tidak indukan yang ada dalam kolam penyimpanan bisa bertelur," katanya.
Menurut dia, indukan yang sudah bertelur, akan kembali bisa dipijahkan atau ditelurkan pada tiga-empat bulan mendatang.
Mengenai telur ikan lele yang ada dalam kola terpal, menurut dia, paling lambat 12 jam akan menetas seluruhnya.
"Setelah dua minggu, disortir. Lele yang agak besar dipisahkan ke kolam yang telah kami sediakan. Jika tidak maka akan memakan yang kecil, karena sifat ikan tersebut kanibalisme," ujarnya.
Aman menjelaskan, setelah dua hari menetas, benih ikan lele akan diberi pakan cacing sutera, yang banyak diperjualbelikan dengan harga Rp15 ribu per liter. Pemberian cacing sutera dilakukan hingga benih berumur 14 hari.
"Setelah itu pakannya kita ganti dengan produksi pabrikan, dan pada usia 20 hari biasanya benih mencapai ukuran dua-empat centimeter dan sudah bisa dijual," katanya.
Penjualan benih ikan lele, kata dia, tergantung permintaan pembeli. Ada yang diliter, tapi ada juga yang dihitung atau per ekor.
"Untuk literan harganya Rp50 ribu per liter, sedangkan hitungan Rp50 per ekor. Sebenarnya kalau diperhitungkan sama saja," katanya.
Ma`mun menambahkan, cukup banyak petani pembenih lele di Kelurahan Pagadungan, dan semunya menjual lele dalam kondisi masih kecil, atau tidak akan disiapkan untuk pembesaran, karena biayanya cukup mahal.
Menurut dia, dari satu ekor betina ukuran sebesar pergelangan tangan orang dewasa, bisa menghasilkan benih lele berkisar 20 ribu-30 ribu ekor.
"Kalau kami jual pada umur 20 hari bisa menghasilkan sekitar Rp700 ribu-Rp900 ribu, sedangkan modal yang dikeluarkan untuk membeli pakan sekitar Rp200 ribu-Rp300 ribu, jadi masih ada untung Rp500 ribu-Rp700 ribu," katanya.
Permintaan tinggi
Permintaan benih ikan lele cukup tinggi, tidak hanya dari petani pembudidaya lokal namun dari juga dari Kabupaten Lebak, Serang dan Kota Cilegon.
"Permintaan banyak, kadang mereka menanyakan sudah memijahkan atau belum, kalau kita katakan sudah, maka 20 hari setelah pemijahan mereka akan datang dan membeli seluruh benih lele," katanya.
Biasanya, kata dia, pembeli membeli seluruh ikan lele satu indukan, berapapun jumlahnya, pertimbangannya karena ukurannya relatif sama, jadi ketika dibesarkan pun akan sama, jadi bisa dipanen bersamaan.
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pandeglang, Banten, Bedjo membenarkan tingginya permintaan benih ikan lele di daerah tersebut.
"Di Pandeglang cukup banya pembudidaya ikan lele dan selama ini mereka mendatangkan benih dari Sukabumi, karena produksi lokal relatif kurang," katanya.
Terkait besarnya perminntaan benih, Dinas Kelautan dan Perikanan Pandeglang sedang menjajaki usaha pembenihan ikan, yakni untuk jenis ikan mas sinyonya, lele dumbo, lele sangkuriang dan nila.
Pembenihan itu, kata dia, bekerja sama dengan Balai Besar Benih Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang telah berpengalaman karena telah lama melaksanakan usaha tersebut.
Balai Besar Benih Sukabumi, kata dia, memiliki indukan ikan air tawar berkualitas yang telah bersertifikat.
"Kami meminjam indukan dari Balai Besar Benih Sukabumi supaya benih yang dihasilkan berkualitas sehingga tidak merugikan bagi pembeli," katanya.
Mengenai sistem kerja sama, kata dia, yakni DKP Pandeglang akan meminjam indukan dari balai benih tersebut untuk dipijahkan atau ditelurkan, setelah bertelur dikembalikan.
Selain itu, kata dia, DKP Pandeglang siap menyuplai benih ke Sukabumi dan sekitarnya, kalau pasokan dari Balai Besar Benih Sukabumi tidak mencukupi.
Terkait penjualan benih dari Balai Benih Ikan (BBI), menurut dia, akan lebih difokuskan pada pengadaan benih yang anggaranya dari bantuan, baik dari dana alokasi khusus (DAK) maupun pemerintah kabupaten dan provinsi.
"Dengan membeli benih dari BBI maka ada retribusi untuk pemasukan PAD, dan ini sesuai dengan Perda No.12 tahun 2012 yang didalamnya menyebutkan benih ikan kena retribusi," katanya.
Selama ini, kata dia, pengadaan benih dari bantuan pemerintah membeli dari pihak ketiga sehingga tidak ada retribusi atau pemasukan bagi daerah.
Selain itu, Dinas Keluatan dan Perikanan Pandeglang juga akan membangun pasar benih Cipeucang yang merupakan pusat penjualan benih ikan air tawar.
"Tahun ini kami merencanakan membangun pasar benih, mudah-mudahan bisa direalisasikan," katanya.
Pasar benih itu, kata dia, akan dibangun di lokasi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Balai Benih Ikan (BBI) Cepeucang, Kecamatan Cimanuk.
Menurut dia, sarana dan prasana untuk pasar benih tersebut sudah tersedia, seperti kolam penampungan benih, jadi tinggal melakukan penataannya saja sehingga lokasi tersebut layak untuk kegiatan penjualan.
"Penataan yang dilakukan pun tidak terlalu rumit, yakni tinggal membuka pagar saja, sudah layak menjadi tempat penjualan benih," katanya.
Pembangunan pasar benih itu, kata dia, guna memperlancar penjualan benih yang juga telah diprogramkan oleh DKP Kabupaten Pandeglang.
Ia mengaku optimistis pasar benih tersebut akan berjalan, mengingat tingginya permintaan benih ikan, terutama lele dan ikan mas, dari masyarakat.
Oleh Sambas
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013