"Berbahagialah masyarakat Jember memiliki tokoh yang berperan besar dalam pengembangan Pancasila, dia adalah KH. Achmad Shiddiq," kata Hasyim dalam acara Sarasehan Menyambut Hari Kelahiran Pancasila di Gedung Soetardjo Universitas Jember (Unej), Jawa Timur, Sabtu.
"KH Achmad Shiddiq pantas diberi gelar Pahlawan Pancasila atau Pahlawan Nasional karena jasa-jasanya dalam mengembangkan Pancasila terutama dalam hubungannya dengan Islam," ucap pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam itu.
Menurut dia, jasa terbesar KH Achmad Siddiq adalah mampu menggali landasan syar'i dari Islam untuk Pancasila sehingga bisa diterima oleh umat Islam di Indonesia.
"Beliau menggali landasan syar'i dan Gus Dur yang mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara Mbah Muchid yang bertugas menjadi sekretarisnya," tuturnya.
Hasyim kemudian menceritakan bagaimana KH. Achmad Shiddiq mengambil kisah Perjanjian Madinah sebagai contoh untuk menerima Pancasila.
"Dalam Perjanjian Madinah, Rasulullah SAW menjamin kebebasan penduduk Madinah yang saat itu tidak hanya umat Islam untuk melaksanakan syariat agamanya masing-masing. Dan di sisi yang lain Nabi Muhammad SAW memberikan perlindungan yang sama terkait hak atas keamanan, hak hidup dan hak atas perlindungan kepada semua penduduk Madinah tanpa melihat apa latar belakang agamanya," paparnya.
Ia menegaskan bahwa Pancasila bukan agama sehingga tidak akan diagamakan, namun Pancasila menjadi koridor bagi semua agama sebab pada hakikatnya Pancasila memiliki substansi agama.
"Perlu diingat Pancasila adalah dasar negara, filsafat bangsa, ideologi negara, sumber hukum, `way of life` dan pemersatu bangsa dalam konteks bernegara," ujarnya.
Selain Hasyim Muzadi, pembicara sarasehan bertema "Membumikan Pancasila Di Tengah Ancaman Neo Liberalisme Dan Neo Komunisme" yang digelar Unej itu juga menghadirkan staf ahli Kapolri, Brigjen Pol Dr Anton Tabah dan budayawan Ayu Sutarto.
Anton mengajak para mahasiswa dan sivitas akademika Unej untuk mewaspadai neokomunisme dan neoliberalisme.
"Sebenarnya ada tujuh hal yang patut diwaspadai yakni sekularisme, pluralisme yang keliru, liberalisme, hedonisme, kapitalisme, neokomunisme dan gerakan radikal," tuturnya.
Sementara Rektor Unej M. Hasan mengatakan sarasehan tersebut merupakan kegiatan awal yang membuka rangkaian kegiatan dalam rangka "Bulan Pancasila-Bulan Bung Karno" yang tahun ini memasuki pelaksanaan tahun kedua.
"Tujuannya sebagai sarana memahami, menerapkan dan melestarikan Pancasila, sebagai bagian sumbangsih Unej bagi Indonesia," katanya.
Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013