"Rumah sakit kehabisan tempat tidur. Korban luka dan pasien terbaring di lantai akibat serangan Israel yang semakin brutal," kata kementerian lewat pernyataan.
Menurutnya, Israel masih memutus jaringan listrik, air dan bahan bakar "yang menimbulkan bahaya terhadap nyawa korban luka dan pasien dan berpotensi menyebabkan bencana kesehatan dan lingkungan yang parah".
"Kami menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab penuh atas nyawa para korban luka dan pasien, sebab pendudukan telah menguras sistem kesehatan dan melemahkan kapasitasnya," katanya.
Kemenkes memperingatkan bahwa situasi kesehatan di Gaza "tidak bisa didiamkan begitu saja" dan "harus ada aksi darurat untuk menjamin koridor untuk pasokan medis aman".
Pengumuman otoritas kesehatan Gaza itu muncul di tengah gempuran Israel di Gaza semakin brutal, yang menyebabkan ribuan orang membutuhkan layanan kesehatan dan medis.
Pada Senin (8/10) Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menginstruksikan "pengepungan total" di Jalur Gaza di tengah pertempuran dengan kelompok Hamas Palestina.
Hamas meluncurkan Operasi Badai Al-Aqsa pada Sabtu pagi dengan menembakkan serentetan roket dan menyusup ke Israel melalui jalur darat, laut dan udara.
Menurut Hamas, serangan mendadak itu sebagai balasan atas penyerbuan terhadap Masjid Al Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.
Israel kemudian membalasnya dengan meluncurkan Operasi Pedang Besi terhadap Hamas.
Hampir 1.200 warga Palestina dan 1.300 warga Israel tewas sejak awal konflik Palestina-Israel.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Hampir 1.200 warga Palestina tewas, 5.000 terluka akibat agresi Israel
Baca juga: Menlu Retno: Evakuasi WNI dari Palestina tunggu situasi aman
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023