Bengkulu (ANTARA News) - Pengurus Palang Merah Indonesia Pusat Rahmad Arif mengatakan pusat kajian bencana yang digagas Perguruan Tinggi perlu diperbanyak, mengingat Indonesia merupakan negara dengan potensi bencana tinggi.Hanya beberapa perguruan tinggi yang memiliki pusat kajian bencana, seperti Universitas Gajah Mada dan Universitas Syiah Kuala, Aceh,"
"Hanya beberapa perguruan tinggi yang memiliki pusat kajian bencana, seperti Universitas Gajah Mada dan Universitas Syiah Kuala, Aceh," katanya saat menjadi pemateri dalam seminar temu bhakti Korps Sukarela Palang Merah Indonesia (KSR-PMI) dari 32 Perguruan Tinggi se-Indonesia, di aula Rektorat Universitas Bengkulu, Selasa.
Ia mengatakan kalangan perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam pengurangan resiko bencana.
Terdapat tiga keterlibatan penting yang dapat diperankan kalangan perguruan tinggi antara lain pra-bencana yang diisi dengan pelatihan dan simulasi, pemetaan daerah rawan bencana, sosialisasi dan memfasilitasi program pendampingan kegiatan pengurangan resiko bencana.
Selanjutnya tahap tanggap darurat atau saat bencana terjadi dimana yang bisa dilakukan oleh mahasiswa dari kampus siaga bencana adalah memberikan bantuan tanggap darurat, pendampingan sesuai dengan kebutuhan.
"Ketiga adalah pasca-bencana dimana pada proses ini perannya adalah melakukan pendampingan dan proses rehabilitasi dan proses rekontruksi," katanya.
Dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki perguruan tinggi, maka menurutnya kampus siaga bencana dan pembentukan pusat kajian bencana di perguruan tinggi di daerah, termasuk Bengkulu perlu digagas.
Bencana kata Rahmad tidak bisa dihindari, tetapi setiap orang dapat melakukan mitigasi atau pengurangan resiko bencana.
Indonesia yang merupakan negara dengan wilayah rawan bencana perlu lebih banyak melakukan kajian tentang antisipasi dan kesiapsiagaan masyarakatnya untuk menghadapi bencana dan bangkit setelah bencana.
Lebih lanjut ia mengatakan PMI sudah menginisiasi pembuatan buku kampus siaga bencana.
"Buku kampus siaga bencana yang sedang digarap oleh pengurus pusat, direncanakan akan dibagikan kepada mahasiswa dan organisasi mahasiswa yang bergerak dalam bidang kebencanaan, sebagai pedoman dan pegangan," katanya.
Buku tersebut kata dia telah diseminarkan di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan mendapatkan banyak masukan dari masyarakat dan kalangan perguruan tinggi.
Sementara Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bengkulu Kolendri yang juga menjadi pemateri dalam seminar tersebut mengatakan Provinsi Bengkulu merupakan daerah rawan bencana.
Geografis Bengkulu yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, lalu pada bagian Timurnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) berpotensi tinggi terhadap bencana tsunami dan longsor.
"Bengkulu ini dikelilingi oleh potensi bencana, dan yang paling diwaspadai adalah bencana gempa bumi dan tsunami," katanya.
Ia mengatakan dengan berbagai pengalaman bencana yang pernah terjadi di Bengkulu, semestinya elemen perguruan tinggi khususnya mampu mensinergikan kegiatannya untuk menyampaikan materi kebencanaan kepada masyarakat.
Salah satu materi tersebut yakni memberikan muatan materi tentang kebencanaan kepada para mahasiswa yang akan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013