"Memang sudah ada keadaan yang seperti di cerita-cerita," kata Brig. Jend (Purn.) Yair Cohen, mantan komandan Unit 8200, Satuan Maya dan Intelijen Militer Pasukan Pertahanan Israel, seperti dilaporkan Xinhua.
Ia membahas diskusi berjudul "Tomorrow`s Wars -- No Longer Science Fiction".
Cohen mengatakan "kita hidup di dunia tempat 500 juta serangan maya terjadi setiap detik terhadap prasarana TI strategis."
Ia menyampaikan potensi serangan semacam itu bisa mengakibatkan bencana kekacauan politik, sosial, dan ekonomi di satu negara.
"Kami berpendapat senjata maya bisa melumpuhkan semua pesawat musuh tanpa mengirim seorang pilot pun untuk melakukan misi dan tanpa membahayakan nyawa manusia," katanya.
Perang maya, kata Cohen, adalah pedang bermata dua: senjata itu menyediakan buat militer modern keuntungan dan peluang baru yang tak pernah ada sebelumnya; tapi pada kesempatan yang sama perang maya memberi peluang untuk para pelaku non-negara, misalnya peretas.
Pembicara lainnya adalah Brig. Jend (Purn.) Daniel Gold, peraih Penghargaan Pertahanan Israel karena peran dalam menemukan dan menangani sistem pertahanan roket-rudal Iron Dome.
Gold menampilkan serangkaian video yang memperlihatkan sistem senjata tak berawak yang dikembangkan Israel dan telah dioperasikan militer negara itu.
Sistem itu meliputi robot kendaraan yang berpatroli di perbatasan Jalur Gaza, robot kapal yang mampu menghadapi kapal musuh di laut, robot ular yang tanpa menarik perhatian merayap ke dalam wilayah musuh untuk mengirim-balik gambar, dan peralatan lain yang membuat hadirin terpesona.
Eli Levita, mantan wakil direktur jenderal urusan kebijakan di Komisi Energi Atom Israel, dalam kesimpulan diskusi mengamukakan bahwa sebagian konflik pada masa depan akan berupa perang saudara yang juga akan "menyeret" orang yang bukan tentara.
Kesimpulan lainnya adalah negara akan terus menghadapi segudang musuh baru di medan tempur. Musuh tersebut adalah kaum fanatik, perompak, pedagang narkotika, tentara bayaran, serta "penganut ideologi yang dilanda iri serta putus-asa".
(Uu.C003)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013