"Ketahanan ekonomi domestik saat ini masih didorong oleh permintaan yang kuat di tengah inflasi yang terkendali," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Rabu.
Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan kondisi neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik pada Rabu (15/11).
BPS mencatat total nilai ekspor sepanjang Januari-Oktober 2023 menurun 12,5 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Penurunan terbesar terjadi pada pertambangan dan lainnya sebesar 20,8 persen.
Josua mengatakan, neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 memang tercatat surplus sekitar 3,48 miliar dolar AS, sedikit meningkat dari 3,42 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.
Namun, kata dia, kinerja ekspor secara tahunan mengalami kontraksi dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas.
Ia menjelaskan, resiko inflasi global yang terus berlanjut telah menyebabkan perlambatan ekonomi global, yang berkontribusi pada penurunan aktivitas perdagangan global.
Sejalan dengan pelemahan kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas akibat permintaan global yang melemah, lanjut Josua, diimbangi oleh kinerja impor yang relatif lebih kuat.
Hal tersebut merupakan dampak dari ketahanan ekonomi domestik yang masih terjaga karena inflasi yang masih terkendali serta kelanjutan Proyek Strategis Nasional (PSN).
Menurut Josua, kondisi daya beli yang masih kuat itu, perlu terus dijaga pemerintah melalui upaya pengendalian inflasi dengan memastikan persediaan komoditi yang memadai bagi masyarakat sehingga tidak terjadi kenaikan harga yang tajam.
Baca juga: BPS: Neraca perdagangan Oktober 2023 surplus 3,48 miliar dolar AS
Baca juga: Peneliti: Kebijakan kenaikan suku bunga BI dukung pengendalian inflasi
Baca juga: Mendagri: Kepala daerah koordinasi dengan Bulog-BPS demi jaga inflasi
Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023