Pancasila jangan lagi diajarkan tekstual

29 Juni 2013 19:51 WIB
Pancasila jangan lagi diajarkan tekstual
Ilustrasi (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Mungkin kalau mahasiswa diajarkan sekadar tekstual, menghafal Pancasila, bosan."

Semarang (ANTARA News) - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Budi Susilo Soepandji, mengatakan Pancasila bukan saatnya lagi hanya diajarkan secara tekstual tetapi harus mencakup aspek aktualisasi.

"Harus dikaitkan hal-hal aktual, bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jangan lagi (Pancasila, red.) hanya diajarkan tekstual, tetapi bagaimana aktualisasinya," katanya, di Semarang, Sabtu.

Hal tersebut diungkapkannya usai menjadi pembicara pada seminar "Menjaga dan Mengaktualisasikan Pancasila Sebagai `Filosofi Gronslag` dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara" di Hotel Patra Jasa Semarang.

Menurut Budi, sekarang ini lembaga-lembaga pendidikan memang cukup variatif berkaitan pembelajaran Pancasila, ada yang mengajarkannya khusus dalam satu pelajaran, ada pula yang memasukkannya dalam pelajaran lain.

"Misalnya di perguruan-perguruan tinggi, ada yang memasukkannya dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, ada juga beberapa yang menghilangkan. Padahal, Pancasila merupakan landasan filosofi bangsa," katanya.

Ia mengungkapkan pembelajaran Pancasila memang tidak bisa disamaratakan perlakuannya untuk seluruh jenjang pendidikan, misalnya pembelajaran di sekolah dasar (SD) berbeda dengan SMP, berbeda juga dengan kuliah.

"Mungkin kalau mahasiswa diajarkan sekadar tekstual, menghafal Pancasila, bosan. Orang-orang kesenian juga akan seperti itu. Namun, nilai-nilai Pancasila bisa diaktualisasi untuk merangkul berbagai elemen itu," katanya.

Karena itu, kata dia, Pancasila harus diajarkan dan ditanamkan sesuai dengan jenjang pendidikan dan entitas yang dihadapi, misalnya pembelajaran Pancasila pada jurnalis beda dengan kalangan politikus partai.

Pancasila, lanjut dia, juga jangan hanya diajarkan sebatas pada pendidikan formal, tetapi harus mencakup pendidikan informal dan nonformal, seperti kalangan santri di pesantren, atau kegiatan kepramukaan.

"Yang penting, Pancasila harus diajarkan secara lebih `hidup`, misalnya mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik yang dihadapi masyarakat sehari-hari. Aplikasi di lapangan yang perlu," katanya.

Ditanya pentingnya pembelajaran Pancasila dijadikan satu pelajaran tersendiri, ia mengakui sebenarnya bergantung pada kebijakan setiap lembaga pendidikan, sebab ada yang mengintegrasikan dengan pelajaran lainnya.

"Ya memang ada keberagaman kebijakan, ada yang mengajarkannya tersendiri dalam satu pelajaran, ada yang mengintegrasikan pelajaran lain. Yang jelas, Pancasila penting dan harus ada dalam pembelajaran," kata Budi.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013