Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melirik kerja sama riset dengan industri mengenai eksplorasi laut dalam.Riset laut dalam sangat mahal..."
"BPPT sedang mencoba untuk mengkombinasikan upaya riset dan industri laut dalam. Biasanya riset dan industri jalan sendiri-sendiri, tapi sekarang dicoba untuk jalan bersama," ujar Deputi Kepala Bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Ridwan Djamaluddin, usai pemaparan mengenai kapal Chikyu di Jakarta, Senin.
Ridwan mengatakan riset dan kegiatan industri dapat jalan bersama karena menggunakan peralatan yang sama, sehingga pemanfaatannya bisa lebih optimal.
"Riset laut dalam sangat mahal, oleh karena itu menjadi tidak realistis jika riset jalan sendiri-sendiri," ujar dia.
Dia menyebutkan sejumlah perusahaan tertarik untuk bersama-sama melakukan eksplorasi laut dalam di Tanah Air. Di Indonesia terdapat 1.141 sumur pengeboran dengan mayoritas di laut.
"Negara tetangga juga bisa diajak untuk melakukan riset bersama," tambah dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Mitigasi Bencana Udrekh mengatakan selama ini kemampuan untuk mengeksploitasi sumber daya migas sangat dibatasi oleh teknologi eksplorasi laut dalam.
"BPPT memandang perlu adanya pengetahuan terhadap penguasaan teknologi pengeboran laut dalam. Oleh karena itu kerja sama dengan pemerintah Jepang melalui Jamstec dimanfaatkan untuk memaparkan teknologi kapal bor tercanggih saat ini yakni Chikyu," kata Udrekh.
Udrekh menjelaskan Chikyu adalah kapal bor laut dalam yang mampu melakukan pengeboran untuk laut dengan kedalaman 2,5 kilometer dengan kemampuan pengeboran 9 kilometer.
"Chikyu juga memiliki fasilitas laboratorium," tukas Udrekh.
Dengan demikian, Chikyu mampu menjawab berbagai kebutuhan bagi pengetahuan dan teknologi laut dalam.
Pewarta: Indriani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013