Pemerintah waspadai perlambatan ekonomi China

21 November 2023 12:13 WIB
Pemerintah waspadai perlambatan ekonomi China
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro BKF Kementerian Keuangan Abdurohman memberikan pemaparan dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa (21/11/2023). ANTARA/Imamatul Silfia.

Salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia di mitra dagang adalah China. Ini juga diperkirakan akan mengalami perlambatan dan ini perlu kita waspadai karena 20 persen ekspor kita ke China.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Abdurohman mengatakan bahwa pemerintah sedang mewaspadai perekonomian China yang tengah mengalami perlambatan.

“Salah satu negara yang punya hubungan kuat dengan Indonesia di mitra dagang adalah China. Ini juga diperkirakan akan mengalami perlambatan dan ini perlu kita waspadai karena 20 persen ekspor kita ke China,” kata Abdurohman dalam seminar Indonesia Economic Outlook 2024 di Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan perekonomian China terus mengalami perlambatan imbas dari melemahnya sektor properti serta investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang menurun. Pelemahan kedua sektor tersebut berdampak signifikan lantaran keduanya menjadi sumber utama mesin utama penggerak ekonomi China.

“Berbeda dengan Amerika Serikat dan kita yang lebih banyak didorong oleh konsumsi, perekonomian China lebih banyak didorong oleh investasi, dan ini menjadi akar persoalan China karena banyak investasi yang lari ke sektor properti, sementara sektor itu sedang mengalami banyak krisis,” jelas Abdurohman.

Baca juga: Kemenkeu: Surplus neraca dagang cermin ketangguhan ekonomi RI

Ia mengatakan persoalan lainnya yaitu banyak pemerintah daerah di China yang mengandalkan sektor properti untuk penerimaan daerah, sehingga ketika sektor properti di sana mengalami guncangan, penerimaan mereka tertekan dan menimbulkan peningkatan utang.

Di Indonesia, sektor ekspor mencatatkan perlambatan pada kuartal III lalu, di mana kinerja ekspor terkontraksi sebesar 4,26 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III, sementara impor terkontraksi 6,18 persen yoy.

Baca juga: Kemendag catat kenaikan ekspor Oktober didominasi sektor tambang

Meski begitu, industri manufaktur tumbuh 5,20 persen yoy, berkontribusi 1,06 persen yoy terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, permintaan domestik masih cukup kuat, yang tercermin pada kinerja konsumsi masyarakat dan investasi yang tumbuh masing-masing sebesar 5,06 persen dan 5,77 persen.

Kementerian Keuangan optimistis kinerja positif pada manufaktur dan konsumsi domestik dapat mengimbangi pelemahan kinerja ekspor. Secara bersamaan, pemerintah akan tetap mewaspadai gejolak yang terjadi pada sektor ekspor dan impor.

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023