"Negara ini didirikan untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah intisari mengapa kita merdeka. Itu yang menjadi prinsip kami, saya dan Gus Muhaimin (cawapres Muhaimin Iskandar, Red.) berangkat dengan niat dan tujuan bahwa pikiran kita untuk melakukan perubahan bukan sekadar mengubah tetapi juga ingin Indonesia yang lebih adil dan setara," katanya pada acara Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Calon Pemimpin Bangsa di Edutorium UMS di Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan setara dan prinsip keadilan tersebut akan lebih diterjemahkan dalam berbagai macam kebijakan pemerintah.
Menurut dia, saat ini yang masih menjadi pekerjaan rumah Bangsa Indonesia adalah kemakmuran masyarakat.
"Satu kemakmuran di seluruh Indonesia, PR kita di situ. Bagaimana seluruh wilayah punya kesetaraan kemakmuran, kalau ketimpangan terus-menerus maka menjaga persatuan sangat sulit," katanya.
Menurut dia, saat ini ketimpangan yang terjadi di dalam negeri masih terlihat. Salah satunya dari sisi indeks pembangunan manusia (IPM) antardaerah yang pertumbuhannya tidak seimbang.
"Indeks pembangunan manusia Jawa dan Sumatera pada tahun 2013 skornya 69. Sedangkan di Kalimantan, Bali, Sulawesi, Maluku skornya 69 pada tahun 2022. Jadi ketinggalan satu dekade," katanya.
Oleh karena itu, nantinya pihaknya ingin meniadakan ketimpangan tersebut.
"Kami ingin menggapai Indonesia yang utuh, bukan menekan dan memberikan rasa takut. Persatuan yang sesungguhnya ditopang dengan rasa keadilan. Maka kami usahakan ke arah sana, kesetaraan di semua aspek," katanya.
Selain itu, ia melihat perlunya mengubah kebijakan dengan menyisipkan unsur keadilan.
"Kenapa ini mendasar, sebagai contoh di bidang kesehatan apakah sudah ada kesetaraan akses, baik promotif, kuratif, preventif. Begitu juga dengan aspek pembangunan ekonomi, banyak berorientasi pada pertumbuhan, bukan pada pemerataan," katanya.
Selain itu, ia juga menyoroti pertumbuhan ekonomi, di mana ekonomi Indonesia tumbuh yang artinya kue membesar. Meski demikian, dikatakannya, yang masih menjadi masalah adalah potongan kue tidak merata.
"Oleh karena itu, kami ingin melakukan perubahan, kue membesar dan potongan merata. Itu artinya pemerataan, jadi pendekatan harus berubah dengan pemerataan dan keberlanjutan," katanya.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut Anies Baswedan datang bersama dengan Muhaimin Iskandar. Keduanya menjawab beberapa pertanyaan dari sejumlah panelis dari berbagai bidang, salah satunya terkait isu pendidikan yang dilontarkan Rektor UMS Sofyan Anif.
Baca juga: Anies Baswedan ingatkan jaga kepercayaan rakyat pada negara
Baca juga: Anies Baswedan: Berikan kebebasan rakyat untuk menentukan pilihan
Baca juga: Anies Baswedan: Kemewahan Indonesia memiliki bahasa persatuan
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2023