"Presiden Abbas dan para pemimpin menyambut kesepakatan gencatan senjata kemanusiaan," kata Sekretaris Jenderal Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Hussein Al-Sheikh dalam sebuah pernyataan.
"Kami mengapresiasi upaya yang dibuat Qatar dan Mesir, dan kembali menyerukan penghentian agresi Israel terhadap rakyat Palestina secara komprehensif, pemberian bantuan kemanusiaan, dan penerapan solusi politik berdasarkan legitimasi internasional, yang mengarah pada diakhirinya pendudukan, sementara rakyat Palestina memperoleh kebebasan, kemerdekaan dan kedaulatan mereka," tambahnya.
Israel dan Hamas mengumumkan kesepakatan gencatan senjata sementara dan pembebasan sandera pada Rabu pagi.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, 50 warga Israel yang ditahan oleh Hamas akan dibebaskan sebagai ganti atas pembebasan 150 tahanan Palestina di penjara Israel, menurut laporan media Israel.
Kesepakatan itu juga meliputi jeda pertempuran selama empat hari dan masuknya 300 truk berisi bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, ke Jalur Gaza.
Kesepakatan itu juga memungkinkan perpanjangan jeda dan potensi pembebasan lebih banyak anak-anak dan perempuan yang ditahan oleh kedua belah pihak.
Israel memperkirakan bahwa sedikitnya 239 warga Israel ditahan oleh Hamas menyusul serangan lintas batasnya pada 7 Oktober.
Menyusul serangan Hamas tersebut, Israel meluncurkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza, yang menewaskan lebih dari 14.128 warga Palestina, termasuk 5.840 anak-anak dan 3.920 perempuan, menurut otoritas kesehatan di daerah kantong tersebut.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja, juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat Israel di Gaza.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel tercatat sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Media Israel beberkan butir-butir kesepakatan gencatan senjata di Gaza
Baca juga: Israel dan Hamas sepakat gencatan senjata sementara
Pewarta: Katriana
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2023