Ahmad mengatakan karakteristik Gunung Anak Krakatau umumnya setelah terjadi peningkatan kegempaan yang signifikan akan diikuti oleh erupsi dalam selang beberapa hari hingga satu bulan berikutnya.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada pukul 11.38 WIB
Baca juga: Gunung Anak Krakatau kembali erupsi pada pukul 11.38 WIB
Menurutnya, hal tersebut merupakan karakteristik Gunung Anak Krakatau dalam beberapa tahun ini setelah terjadi erupsi yang menyebabkan tsunami pada Desember 2018.
"Saat ini Gunung Anak Krakatau masih kami tetapkan pada level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat tidak beraktivitas dalam jarak lima kilometer dari pusat erupsi," ujar Ahmad.
Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api setinggi 195 meter di atas permukaan laut yang terletak di Selat Sunda dan berada di wilayah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Gunung Anak Krakatau dipantau secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung Api Pasauran Pandeglang di Banten, dan Pos Pengamatan Gunung Api Hargo Pancuran Kalianda di Lampung.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau meletus luncurkan abu setinggi 1.000 meter
Baca juga: Gunung Anak Krakatau semburkan abu setinggi tiga kilometer
Baca juga: Gunung Anak Krakatau meletus luncurkan abu setinggi 1.000 meter
Baca juga: Gunung Anak Krakatau semburkan abu setinggi tiga kilometer
Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau masih sangat aktif sejak erupsi tahun 2018, yang telah mengubah morfologi tubuhnya yang disertai dengan kejadian tsunami pada Desember 2018.
Hingga saat ini aktivitas erupsi masih terjadi setiap tahunnya dan selama tahun 2023 telah terekam sebanyak 415 kali gempa letusan dengan ketinggian kolom erupsi bervariasi antara 50 sampai 3.500 meter di atas puncak gunung api tersebut.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023