Balikpapan (ANTARA News) - Pemkot Balikpapan mengingatkan warga Kota Minyak untuk berhati-hati dalam membeli makanan dan minuman dari Pasar Ramadhan yang bertebaran selama ini....menyebabkan kerusakan kromosom."
"Kalau ada makanan atau minuman yang begitu mencolok warnanya, patut dicurigai mengandung zat pewarna atau zat pengawet yang berlebihan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan drg Dyah Muryani, Senin (15/7).
Menurut drg Dyah, DKK telah mengambil sejumlah sampel atau contoh untuk diteliti di laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa Pasar Ramadhan di berbagai penjuru kota.
Peringatan pemerintah ini berdasar kejadian dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut drg Dyah, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selalu menemukan zat-zat pewarna dan pengawet berbahaya dalam sampel makanan dan minuman tertentu yang dijual di Pasar Ramadhan.
"Kami masih temukan ada formalin di tahu dan di ayam," sebut Kepala DKK.
Namun demikian, lanjut drg Dyah, pihaknya sulit memberikan sanksi kepada pedagang yang menjual makanan dan minuman menggunakan zat berbahaya itu.
Pedagang umumnya berdalih tidak tahu karena bukan pembuat atau produsen dari produk yang dijualnya itu.
"Kan kami percaya saja kepada yang menitip minta dijualkan," sebut Rodiyah, pedagang kue Loyang di Pasar Ramadan di Sepinggan.
Kepala DKK juga memaparkan bagaimana dampak zat pengawet seperti formalin kepada kesehatan. Formalin sendiri adalah zat yang digunakan untuk mengawetkan jasad, baik jasad manusia atau pun makhluk lain yang diperlukan utuh untuk kebutuhan tertentu.
Formalin adalah cairan yang berbau tajam menyesakkan, merangsang hidung, tenggorokan, dan mata. Bila termakan orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, hingga akhirnya menyebabkan kematian.
Selain itu, zat pewarna yang dicampur dalam makanan menyebabkan kanker dan menimbulkan keracunan pada paru-paru, tenggorokan, hidung, dan usus.
"Juga bisa menyebabkan kerusakan kromosom," kata drg Dyah. Kromosom adalah bagian dari sel manusia yang berisi informasi genetika. Bila kromosomnya rusak, maka boleh jadi keturunan dari orang yang kromosomnya rusak tadi akan lahir berbeda dari manusia normal umumnya. (*)
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013