Cara warga Aceh mencari "Lailatur Qadar"

30 Juli 2013 20:03 WIB
Cara warga Aceh mencari "Lailatur Qadar"
Itikaf Malam Seorang jemaah beritikaf dengan membaca Al-Quran di Masjid Jabal Rahmah, Indarung Padang, Sumbar, Selasa (30/7) dini hari. Sejumlah jemaah beritikaf atau menetap di masjid disertai dengan menyibukkan diri dengan ibadah seperti memperbanyak membaca Al-Quran, berzikir, doa dan istigfar pada sepuluh malam terakhir Ramadhan mengharapkan datangnya malam Lailatul Qadar. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Aceh (ANTARA News) - Sepuluh hari terakhir bulan Suci Ramadhan tidak hanya disambut gembira umat Islam karena hari Raya Idul Fitri segera tiba, tapi lebih dari itu, karena memiliki nilai ibadah yang sangat tinggi.

Pada sepuluh hari yang terakhir itu, umat Islam, termasuk di Aceh berlomba-lomba untuk mendapat rahmat dan pahala yang besar dari Allah SWT, setelah berpuasa selama 20 hari yang sudah dilalui.

Umat Islam ingin sekali meningkatkan amalannya, karena pada sepuluh hari terakhir itu memiliki kelebihan dibandingkan lainnya.

Di antara malam-malam terakhir itu Allah SWT menganugerahkan kepada mereka satu malam yang mulia dan mempunyai banyak keutamaan yang tidak pernah didapati pada malam-malam selainnya, yaitu "Lailatul Qadar", suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Qadr:1-5 yang berbunyi, "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran pada malam kemuliaan (Lailatul Qadr). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar".

Jadi, amalan pada malam yang barakah itu setara dengan pahala amalan yang dikerjakan selama 1.000 bulan atau sama dengan 83 tahun lebih. Itulah di antara keutamaan malam yang mulia tersebut.

Maka dari itu Nabi Muhammad SAW bersabda dalam Riwayat Bukhari, An Nasai dan Ahmad: "Barang siapa menegakkan shalat pada malam Lailatul Qadr atas dorongan iman dan mengharap balasan (dari Allah), diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu".

Oleh karena begitu besarnya rahmat Lailatul Qadar, maka umat Islam di Aceh tidak ingin melewatkan begitu saja malam penuh berkah tersebut.

I`tikaf

Sejak malam pertama, Senin (29/7) malam, warga berbondong-bondong memenuhi masjid-masjid untuk melaksanakan ibadah i`tikaf (berdiam). Umat Islam tidak sekedar diam, tapi diisi dengan kegiatan ibadah, terutama shalat Tarawih dan shalat malam sampai menjelang sahur.

Ketua Panitia I`tikaf Ramadhan Masjid Al Mukmin Peurada, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Ustadz H Miftahuddin menyatakan, i`tikaf ini rutin dilaksanakan pada sepuluh malam terakhir dengan diisi berbagai kegiatan ibadah, selain shalat Tarawih.

Ia menyatakan, selain meningkatkan amal ibadah, juga ingin mencari Lailatul Qadar yang akan turun pada malam-malam ganjil.

"Karena Rasulullah tidak menyebutkan malam ganjil yang ke berapa, maka untuk memperolehnya harus mengikuti pada setiap malam sepuluh yang akhir. Kalau kita rutin beribadah atau i`tikaf setiap malam, maka bisa dipastikan akan memperoleh Lailatul Qadar," katanya.

Untuk menghindari rasa kantuk, biasanya selama i`tikaf diisi dengan kegiatan ibadah, sehingga bisa melewati larut malam itu dengan lancar.

Miftahuddin yang juga Ketua DPD Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Banda Aceh itu menyatakan, biasanya setelah menunaikan shalat Isa dan Tarawih, kemudian dilanjutkan dengan ceramah agama, tafsir Al Quran dan Hadist sampai pukul 00.00 WIB.

Setelah itu, masing-masing jamaah melanjutkan ibadah shalat malam dan tadarus, sampai menjelang berbuka puasa.

"Alhamdulillah, pada malam pertama antusias warga untuk mengikuti i`tikaf cukup banyak, sehingga masjid yang berkapasitas 200 orang penuh," kata Miftahuddin.

Hal yang sama juga dilaksanakan oleh Markaz Dakwah Al Islah Banda Aceh, yakni mengadakan ibadah pada 10 hari terakhir Ramadhan di lima masjid, yakni Masjid Baiturrahim Ulelheue, Masjid Al Wustha, Perumnas Lingke, Masjid Al Istiqamah, Blower, Masjid Baitussaadah, Setui, dan Masjid Al Furqan, Beurawe.

Ketua Panitia Panitia I`tikaf Markaz Al Islah Banda Aceh Ustadz Farid Nyak Umar menyatakan, kegiatan tersebut dibagi dua, yakni siang dan malam.

Untuk siang dan malam difokuskan di Masjid Al Furqon, yakni mulai 10.00 sampai 12.00 WIB, kemudian dilanjutkan setelah shalat Ashar sampai menjelang berbuka, selanjutnya pada malam hari setelah berbuka sampai menjelang sahur.

Farid menyatakan, kegiatan siang hari diisi dengan kajian fiqih, ekonomi Islam, bedah buku tentang Al Quran, fiqih wanita, dan pelatihan "thajhiz" mayat, sedangkan sore hari mengkaji tentang berbuka puasa, tafsir Al Quran dan hadist, dan kisah perjalanan Rasulullah SAW.

Kemudian pada malam hari, yang merupakan ibadah utama, yaitu setelah shalat Isa dan Tarawih, dilanjutkan shalat malam berjamaah dengan membaca Al Quran tiga juz oleh imam yang hafidz sampai menjelang sahur.

"Panitia menyediakan makanan berbuka dan sahur, sehingga tidak perlu lagi membawa dari rumah," katanya.

Selanjutnya, i`tikaf juga dilaksanakan di Masjid Jami` Cot Goh, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar. Salah seorang warga Ustadz Mansur menyatakan, sama seperti masjid lainnya, kegiatan i`tikaf juga dilaksanakan pada 10 malam terakhir.

Setelah melaksanakan shalat Isa dan Tarawih, selanjutkan shalat malam sampai menjelang sahur, katanya.

Untuk meringankan, panitia menyediakan makanan mulai berbuka sampai sahur.

(H011/Z003)

Pewarta: Heru Dwi S
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013