Ke depan ini kita harus berubah dari recovery stability ke pro growth....
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut arah kebijakan ekonomi Indonesia pada 2024 akan berubah dari mode menjaga stabilitas pemulihan ke pro growth atau pro pertumbuhan.
“Ke depan ini kita harus berubah dari recovery stability ke pro growth. Pro growth ini memang policy-nya harus lebih mendorong untuk investasi dan menyediakan likuiditas yang cukup ke market,” kata Wamen BUMN Kartika Wirjoatmodjo dalam Seminar Nasinal Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat.
Wamen Tiko menjelaskan bahwa selama dua tahun ini, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pendekatan ekspor dari sejumlah komoditas termasuk nikel dan CPO. Namun pada tahun ini harga-harga komoditas mulai turun, sehingga Indonesia perlu beralih ke mesin pertumbuhan ekonomi lain yakni konsumsi rumah tangga dan investasi.
Baca juga: BI sebut lima sinergi kebijakan untuk atasi gejolak ekonomi global
Penguatan konsumsi rumah tangga, disebutnya, dapat diakselerasi dengan memperkuat UMKM yang menyediakan lebih dari 90 persen lapangan pekerjaan dan mendominasi jenis usaha hingga 65 persen.
“Memperkuat ekosistem e-commerce, ekosistem trading dan ekosistem pertanian itu sekali untuk meningkatkan kualitas dan menaikkan kelas UMKM baik melalui suplai side maupun dari sisi demand termasuk dari pembiayaan. Ini perlu kita dorong terus supaya UMKM bisa naik kelas, bisa meningkatkan daya beli masyarakat dan menggeliatkan household consumption yang tumbuh lebih cepat,” ucapnya.
Kemudian untuk masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah, lanjutnya, harus senantiasa didukung melalui program bantuan sosial dan penguatan dari sisi kekuatan sosial.
Dalam upaya menjadikan investasi sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi, sebut Tiko, hilirisasi sektor minerba seperti nikel, bauksit, hingga aluminium akan menjadi mesin besar dalam pertumbuhan investasi.
Baca juga: Jokowi: Indonesia punya modal ekonomi untuk optimistis hadapi 2024
Selain itu, upaya untuk kembali pada sektor manufaktur terutama program padat karya juga tidak boleh dilupakan karena Indonesia membutuhkan lapangan pekerjaan yang banyak.
“Kita perlu juga program investment untuk meningkatkan industri padat karya manufaktur tapi juga bagaimana industri manufaktur yang high end kita bisa fokus misalnya ekosistem EV battery dan turunannya.
Kami di BUMN sudah memetakan beberapa ekosistem ini yang kita harapkan bisa menjadi engine untuk next lead untuk bisa kita tumbuh ke 6 persen dan menjaga stability pertumbuhan sampai 5 tahun ke depan,” kata dia.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023