"Kita sudah ada rencana kunjungan kembali di bulan Desember dengan suatu perhelatan untuk membungkus seluruh tembok (benteng) keraton itu dengan tenunan Buton," kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu di Bau-Bau, Rabu.
"Ini sebagai cara kita membuat acara dan mengangkat ekonomi kreatif dan pariwisata," tambah dia.
Tembok benteng seluas 3.000 meter persegi di Kota Bau-Bau itu akan diselimuti dengan kain tenun buatan sekitar 6.000 penenun.
Selama perhelatan pemasangan kain tenun itu, kata Mari, juga akan digelar peragaan busana untuk memperkenalkan tenunan khas Buton yang unik dan sarat nilai filosofis.
"Karena ada desainernya, jadi ada sentuhan untuk meningkatkan kualitas dan juga tampilan supaya (tenun ini) lebih kontemporer, lebih modern, itu juga akan diangkat, dan digunakan di mode, mudah-mudahan jadi terangkat," jelasnya.
Mari berharap perhelatan itu bisa membuat kain tenun khas Buton, yang terdiri atas setidaknya 40 jenis, diterima publik lokal dan internasional.
Perancang Ian Adrian, yang terlibat dalam proyek itu, mengemukakan persiapan telah dilakukan sejak Juli lalu untuk memastikan kualitas tenun yang akan digunakan dalam perhelatan itu.
"Kualitas tenun diperhatikan benar-benar. Kita pastikan tenun menggunakan benang jahit yang tidak akan luntur," katanya.
Menurut Ian, tenun khas Buton memiliki ciri khas tersendiri karena motif dan nilai filosofis yang terkandung.
Tenun yang paling khas bermotif garis lurus berwarna hitam putih yang biasa dipakai perempuan Buton.
"Maknanya itu agar perempuan selalu lurus dalam hidupnya, sedangkan motif kotak-kotak hitam untuk laki-laki menandakan hubungan habluminallah dan habluminannas atau ketuhanan dan kemanusiaan," jelasnya.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013