"Keris-keris tersebut sebagian besar dijual oleh pemiliknya karena terbentur masalah ekonomi," kata Ketua Lembaga Apresiasi Keris Indonesia (LAKI) Nusa Tenggara Barat, Irwan Prasetya, di Mataram, Rabu.
Dia menuturkan, ketika berkunjung ke Belanda beberapa waktu lalu ditawarkan oleh sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Belanda agar membawa pulang keris-keris tersebut ke Lombok.
"Namun pada waktu itu belum terpikirkan (untuk membawa pulang keris tersebut)," katanya.
Hingga kini masih banyak keris-keris pusaka masyarakat Lombok yang dijual oleh para pedagang ke luar daerah seperti ke Bali dan Jawa bahkan ke luar negeri.
Dia mengatakan, dalam upaya melestarikan keris-keris peninggalan para leluhur tersebut dilakukan oleh para pecinta keris dan kolektor keris.
Irwan yang juga Ketua Pedagang Kaki Lima (PKL) Kota Mataram menjelaskan, sebagian besar masyarakat di daerah ini memiliki keris dan disimpan dengan baik sebagai peninggalan sejarah.
Dia menjelaskan, pembuat keris dikenal dengan nama Mpu dan hingga kini masih ada dua orang keturunan Mpu tinggal di Madura, Jawa Timur.
Memang banyak senjata tajam yang dibuat oleh perajin di sejumlah sentra kerajinan besi, namun keris yang dibuat sekarang ini tidak sama nilainya dengan keris-keris peninggalan nenek moyang zaman dulu.
"Sementara harga keris sangat bervariasi mulai dari Rp500.000 hingga ratusan juta per buah menurut keaslian keris tersebut," katanya.
Pewarta: Siti Zilaeha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013