Khartoum (ANTARA News) - Tiga anggota pasukan penjaga perdamaian gabungan Uni Afrika-Perserikatan Bangsa-Bangsa tertembak dan mengalami luka-luka di wilayah Sudan, Darfur Timur, kata misi penjaga perdamaian, Selasa....tiga anggota pasukan penjaga perdamaian mengalami luka tembak...
Insiden tersebut merupakan serangan kedua bulan ini yang dialami pasukan Baret Biru itu di wilayah yang sama.
Peristiwa terjadi pada Senin di wilayah, yang menurut PBB, merupakan tempat pertikaian antara dua suku bangsa Arab bulan ini yang menewaskan 190 orang, demikian laporan AFP..
Sebuah "kelompok bersenjata tak dikenal" menyerang patroli yang sedang dilakukan oleh pasukan African Union-UN Mission di Darfur (UNAMID) sekitar 36 kilometer di timur laut ibu kota Darfur Timur, Ed Daein, kata Rania Abdulrahman, pejabat UNAMID urusan media.
"Selama berlangsungnya baku-tembak, tiga anggota pasukan penjaga perdamaian mengalami luka tembak," ujarnya kepada AFP.
Pasukan yang dikerahkan dari markas UNAMID di Ed Daein berhasil "mengusir para penyerang," sementara ketiga tentara perdamaian yang terluka dibawa ke Ed Daein untuk mendapatkan perawatan, tambah Abdulrahman.
Pada 12 Agustus lalu, patroli polisi juga diserang di Ed Daein namun tidak ada anggota patroli yang luka-luka, kata UNAMID sebelumnya.
Wilayah yang mengelilingi kota itu merupakan lokasi berlangsungnya pertempuran antara suku Rezeigat dan Maaliya pada bulan ini.
Jumat lalu, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan melaporkan bahwa kelompok-kelompok pemberi bantuan "terus merasa sangat khawatir dengan keadaan yang tidak aman di Darfur Timur".
UNAMID mengatakan pertikaian antar-etnis sebagian besar merupakan penyebab bangkitnya kekerasan di wilayah barat-jauh Sudan tahun ini.
Dalam pertikaian antarsuku itu --sebagian besar di antara kelompok-kelompok Arab, ratusan orang tewas dan ratusan ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Sudah tiga belas anggota pasukan perdamaian yang tewas dalam kekerasan di Darfur sejak Oktober lalu.
Salah satu kasus kematian terjadi pada April ketika "pria-pria bersenjata yang mengenakan seragam militer" menyerang sebuah markas UNAMID di daerah Muhagiriya, demikian menurut laporan yang diungkapkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, pada bulan Juli.
Tujuh tentara UNAMID bulan lalu tewas dalam penyerbuan di sebelah utara Nyala, yaitu ibukota Darfur Selatan. Kejadian itu merupakan serangan paling buruk yang dialami misi perdamaian selama lima tahun sejarah keberadaan mereka di Darfur.
Sumber-sumber di kalangan PBB mengatakan mereka tidak mengetahui apakah sudah ada tersangka yang ditahan untuk mempertanggungjawabkan tewasnya seorang penjaga perdamaian di Sudan, kendati PBB telah berkali-kali menyerukan agar pelaku diadili.
Para warga non-Arab bangkit 10 tahun lalu menentang apa yang mereka lihat sebagai dominasi kekuasaan Sudan dan kekayaan kalangan elit Arab.
Sebagai tindakan, milisi-milisi Janjaweed yang dibela pemerintah membuat dunia terkejut dengan kekejaman yang mereka lakukan terhadap para warga non-Arab.
Kendati pemberontakan terus berlangsung, para pemerhati mengatakan rezim Sudan yang dilanda krisis saat ini tidak memiliki banyak dana bagi milisi-milisinya, yang bertindak sebagai pengawas bagi pemerintah di luar dan telah menjadi pihak utama yang menyebabkan kekerasan di wilayah itu tahun ini.
Persengketaan di antara suku selama ini didorong oleh konflik-konflik menyangkut berbagai sumber daya alam, termasuk hak-hak soal kepemilikan tanah, air dan mineral.
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013