• Beranda
  • Berita
  • Peneliti tumbuhkan otak mini dari sel punca manusia

Peneliti tumbuhkan otak mini dari sel punca manusia

30 Agustus 2013 17:55 WIB
Peneliti tumbuhkan otak mini dari sel punca manusia
Ilustrasi Otak Manusia (Istimewa)
London (ANTARA News) - Para ilmuwan untuk pertama kali berhasil menumbuhkan otak mini dari sel punca manusia di laboratorium dan menyatakan sukses mereka bisa mengarah ke tingkat pemahaman baru tentang bagaimana otak berkembang dan mengalami gangguan seperti schizophrenia dan autisme.

Juergen Knoblich dan Madeline Lancaster dari  Institute of Molecular Biotechnology Austria dan para peneliti dari Unit Genetika Manusia pada Edinburgh University di Inggris memulainya dengan sel punca manusia.

Mereka menumbuhkannya dengan kombinasi nutrisi khusus yang dirancang untuk memanfaatkan kemampuan bawaan sel untuk mengorganisasi menjadi struktur organ kompleks, demikian seperti dilansir Reuters.

Para peneliti menumbuhkan jaringan yang disebut neuroectoderm - lapisan sel-sel dalam embrio tempat semua komponen otak dan sistem syaraf berkembang.

Fragmen-fragmen jaringan ini kemudian ditanam pada perancah dan diletakkan ke dalam bioreaktor yang berputar yang mensirkulasikan oksigen dan nutrisi lain supaya mereka bisa tumbuh menjadi cerebral organoid - atau otak mini - yang terdiri atas beberapa bagian otak berbeda.

Setelah sebulan, fragmen-fragmen itu telah mengorganisasi diri menjadi struktur primitif yang bisa dikenali sebagai bagian otak yang berkembang seperti retina, choroid plexus dan cerebral cortex, jelas para peneliti tentang hasil studi mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Nature.

Menggunakan organoid, para ilmuwan kemudian membuat model biologi tentang bagaimana kondisi langka otak yang disebut microcephalus dan menunjukkan bahwa teknik yang sama pada masa mendatang bisa digunakan untuk gangguan seperti autisme atau schizophrenia yang mempengaruhi jutaan orang di dunia.

"Studi ini menawarkan alat yang menjanjikan untuk memahami perkembangan sebagian besar gangguan otak... dan juga menguji penanganan yang mungkin dilakukan," kata Paul Matthews, seorang profesor ilmu syaraf di Imperial College London, yang tidak terlibat dalam studi tapi terkesan dengan hasilnya.

Zameel Cader, konsultan syaraf di  John Radcliffe Hospital di Oxford, Inggris, menggambarkan pekerjaan itu "menarik dan menakjubkan".

Ia mengatakan hasil penelitian itu memperluas kemungkinan penggunaan teknologi sel punca untuk memahami perkembangan otak dan mekanisme penyakit, serta untuk mendapatkan obat baru.

Meski ini bermula pada jaringan sederhana, otak manusia secara cepat berkembang menjadi struktur alam yang paling kompleks yang diketahui dan para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi.

Kondisi ini membuat para peneliti sulit menambah pengetahuan tentang apa yang mungkin salah--dan bagaimana cara menangani gangguan-gangguan otak seperti depresi, schizophrenia dan autisme.

Pewarta: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013