Dili (ANTARA News) - Jurnalisme damai sebagai salah satu strategi dan metode reportase perlu diadopsi kalangan wartawan Timor Leste untuk menyajikan berita-berita berpihak pada kesejahteraan rakyat dan keamanan, kata editor senior Kantor Berita Antara Rahmad Nasution di Dili, Rabu.Jurnalisme damai bukan hanya menulis tentang program-program pembangunan tapi juga musuh-musuh pembangunan seperti perkara korupsi,"
"Jurnalisme damai bukan hanya menulis tentang program-program pembangunan tapi juga musuh-musuh pembangunan seperti perkara korupsi," katanya dalam Forum Dialog Wartawan Indonesia-Timor Leste yang difasilitasi Kementerian Komunikasi dan informatika (Kemkominfo).
Menurut Rahmad, jurnalisme damai juga perlu diterapkan oleh wartawan kedua negara dalam menulis berita tentang hubungan bilateral kedua negara.
Apa yang ditulis oleh sejumlah media di Indonesia mengenai peristiwa hubungan Indonesia-Timor Leste, menurut Rahmad, sejauh ini bisa berkontribusi bagi peningkatan hubungan kerja sama kedua negara.
Persepsi media di Indonesia tentang Timor Leste antara lain bisa dilihat pada liputan dan foto-foto jurnalistik yang memberikan kesan positif mengenai kondisi di Timor Leste.
"Jadi kita sebagai jurnalis bisa mengarahkan apakah liputan kita ini akan menghasilkan sesuatu yang baik dan positif atau sesuatu yang akan merugikan bagi hubungan kedua negara," tambahnya.
Hal senada juga dikatakan oleh tenaga ahli Kemen-Kominfo yang juga konsultan media Teguh Imawan. Menurut dia, media perlu berperan penting dalam meningkatkan hubungan Indonesia dan Timor Leste dalam menatap masa depan untuk memajukan program-program pembangunan.
"Lupakan konflik di masa lalu dan sambutlah pembangunan untuk kepentingan di masa depan," kata Teguh yang juga mantan wartawan Surabaya Post itu.
Menurut Teguh, pekerja media perlu lebih peduli mendidik masyarakat, mengokohkan nilai-nilai dengan cara melakukan liputan yang mematuhi etika jurnalistik. "Jangan korbankan masyarakat dengan membiarkan media terkooptasi oleh kepentingan politik dan pemilik modal," tambahnya.
Setiap jurnalis, kata Teguh, harus senantiasa sadar akan kebutuhan dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, edukatif, mencerahkan dan menghibur.
"Wartawan harus memiliki idealisme untuk memenuhi hak warga untuk tahu dan menerima informasi yang bermanfaat," katanya.
Dalam kesempatan itu, Teguh memaparkan kesamaan karakteristik masyarakat Indonesia dan Timor Leste yang ditandai oleh keragaman agama, budaya. Keragaman ini perlu dipelihara, dirawat sehingga menjadi kekuatan. "Di sini, media punya peran penting," tambahnya.
Dalam kesempatan itu Selamatta Sembiring, Direktur Layanan Informasi Internasional Kementerian Kominfo, mengingatkan bahwa jenis informasi yang dikonsumsi seseorang akan menentukan kualitas karakter orang bersangkutan. Dalam konteks inilah, kata Sembiring, wartawan perlu memberikan informasi yang positif dan sehat bagi masyarakat.
Forum dialog wartawan Indonesia-Timor Leste diharapkan menjadi langkah awal bagi pemerintah Indonesia dan Timor Leste melakukan pertukaran wartawan dan informasi untuk peningkatan kapasitas jurnalisme di kedua negara.
(M020/Z002)
Pewarta: M Sunyoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013