• Beranda
  • Berita
  • Melongok pembuatan layang-layang tradisional Bali

Melongok pembuatan layang-layang tradisional Bali

23 September 2013 11:18 WIB
Melongok pembuatan layang-layang tradisional Bali
Sekelompok pemuda bersiap menerbangkan layang-layang "janggan" atau naga dalam Festival Layang-Layang Bali ke-31 di Pantai Padanggalak, Denpasar, Bali, Jumat (3/7). (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Denpasar (ANTARA News) - Sekelompok anak muda membuat layang-layang tradisional di Bale Banjar Danginpeken, Desa Pakraman Intaran, Denpasar, Bali, Sabtu (21/9) siang lalu.

Sambil meraut bambu dengan pisau, mereka bercengkrama. Mereka sedang membuat layang-layang pecukan yang berbentuk seperti daun.

Ketua Pengurus Pemuda Bale Banjar Danginpeken, Donny Bramasta, mengawasi teman-temannya membuat layang-layang.

"Ini layang-layang tradisional Bali. Ada layang-layang janggan, pecukan, bebean," jelasnya kepada ANTARA News.

Donny pun memperkenalkan salah satu layang-layang terbesar warga Danginpeken, layang-layang janggan atau naga sepanjang sembilan meter.

"Ini dibuat sampai ekornya, panjang sembilan meter. Layang janggan ini pakai hiasan juga, ada topeng," jelasnya.

Untuk membuat layang-layang janggan sebesar itu, mereka butuh waktu hingga dua bulan.

Sementara layang-layang jenis lain seperti bebean, ikan sepanjang lima meter, paling cepat bisa mereka selesaikan dalam sepekan.

"Biasanya pakai bambu yang tua. Lalu diolesi minyak tanah supaya enggak dimakan rayap," jelas Wayan Wirana (42), Sekretaris Jenderal Banjar Danginpeken.

Layang-layang tradisional Bali biasanya dibuat dengan bambu serta kain dengan warna dan ukuran sesuai kebutuhan.

Kadang para pembuat layang-layang menambahkan hiasan, seperti topeng pada layang-layang janggan raksasa yang sedang mereka buat.

Mereka juga membuat layang-layang yang bisa dibongkar pasang untuk memudahkan pengangkutan layang-layang ke lokasi yang digunakan untuk menerbangkan layang-layang.

"Untuk versi knock-down, kami sambung pakai pipa. Jadi tinggal dirakit kalau sampai di lokasi," kata Wayan.

Donny menjelaskan pula bahwa kegiatan membuat layang-layang tradisional Bali bisa dilakukan oleh perempuan maupun lelaki namun para perempuan biasanya jarang ikut membuat layanng-layang.

Para perempuan, menurut dia, biasanya hanya ikut membuat layang-layang saat ada festival besar.

"Perempuan  juga boleh ikut buat layangan. Tapi lebih cenderung laki-laki. Siapa saja bisa buat, enggak ada batasan usia," tambah Wayan.

Menurut Wayan, pembuatan layang-layang biasanya dilakukan pada hari baik berdasarkan kalender Bali. "Biar naiknya juga bagus," katanya.

Oleh Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013