Selimut berwarna cerah yang dipamerkan di Museum Tekstil, Jakarta, ini diikat dan dirancang oleh Umbu Agung Menang Kunda dari Kampung Raja, Prailiu, Sumba Timur.
Kain tenun yang dicelup dengan pewarna alam di Desa Mauliru ditenun oleh isteri Umbu Agung, Rambu Margaretha pada tahun 2010.
Dalam proses pembuatannya, Umbu Agung berperan sebagai pengikat dan perancang, sedangkan bagian menenun dilakukan oleh isterinya.
Merupakan hal yang tidak lazim bagi seorang laki-laki untuk terlibat dalam pembuatan kain di Sumba seperti mengikat dan merancang, selain memilin rumbai.
Namun Umbu Agung bangga dengan hasil percobaannya itu. Karyanya tersebut terbuat dari dua panel yang dijahit bersama untuk menghasilkan wastra yang lebih lebar.
Motif yang digunakan dalam kain Sumba buatan Umbu Agung bermacam-macam seperti kuda nil, cumi-cumi, buaya, ikan dan manusia yang membentuk komposisi yang apik dan rumit. Setiap motifya memiliki nilai-nilai religius dan moral.
Cumi-cumi misalnya, dimaknai sebagai lambang gotong royong karena memiliki memiliki tentakel yang banyak, sedangkan buaya simbol bangsawan raja atau penguasa. Kain tenun Sumba memang sarat dengan binatang sebagai simbol, berbeda dengan kain tenun Sumba Barat yang menonjolkan kesederhanaan.
Koleksi lain yang dipamerkan di Museum Tekstil selain kain selimut (hinggi) adalah sarung (lau), ikat kepala (tiara), dan tudung kepala (tamelingu).
Pewarta: Yakob Arfin T. Sasongko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013