• Beranda
  • Berita
  • Perempuan-perempuan dalam sejarah ilmu pengetahuan

Perempuan-perempuan dalam sejarah ilmu pengetahuan

26 Oktober 2013 18:49 WIB
Perempuan-perempuan dalam sejarah ilmu pengetahuan
Foto ilmuwan Barbara McClintock di laboratoriumnya bertahun 1947. Perempuan penerima Hadian Nobel bidang fisiologi tahun 1983 ini lahir dengan nama Eleanor McClintock pada 16 Juni 1902 dan meninggal dunia pada 2 September 1992 di News York, Amerika Serikat. (Wikimedia Commons/Flickr)
New York - (ANTARA News) - Benda-benda peninggalan perempuan-perempuan yang berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan selama empat abad terakhir dipamerkan di The Grolier Club, New York, Amerika Serikat.

Pameran bertajuk "Extraordinary Women in Science and Medicine: Four Centuries of Achievement" yang akan berlangsung sampai 3 November mendatang itu antara lain menampilkan puluhan surat dan buku catatan Émilie du Châtelet.

Pada April 1749, Émilie du Châtelet yang berusia 42 tahun dan sedang hamil, bekerja 17 jam sehari guna menyelesaikan komentar matematis untuk terjemahan bahasa Prancis karya Isaac Newton yang berjudul "Principia".

Bekas kekasih Voltaire itu antara lain menulis surat berisi kekhawatiranya tentang penyelesaian manuskrip itu kepada kekasih baru dan ayah janin dalam kandungannya, anggota militer Prancis bernama Jean François de Saint-Lambert.

Namun menurut kurator Robert J. Ruben, benda peninggalan yang lebih bermakna adalah buku catatan du Châtelet, tempat dia menuangkan masalah-masalah mekanik untuk menjelaskan teks Newton, demikian seperti dilansir LiveScience pada Jumat (25/10).

Grolier Club juga memamerkan peninggalan Lise Meitner, ahli fisika kelahiran Wina yang merupakan murid ilmuwan besar Max Planck di Jerman.

Dia juga berperan dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh ahli kimia Jerman, Otto Hahn, yang kemudian mengarah ke fisi nuklir.

Tahun 1939, Meitner dan keponakannya Otto Frisch, mempublikasikan makalah pertama tentang fisika nuklir yang menggunakan kata "fisi", mengetahui bahwa atom uranium sebenarnya terbelah ketika dibombardir neutron.

Kopi publikasi makalah yang diterbitkan jurnal Nature itulah yang dipamerkan di Grolier Club.

"Ketika makalah ini muncul, semua ilmuwan terkemuka masa itu segera menyadari, ini adalah sumber energi perusak yang sangat besar," kata Ronald K. Smeltzer, kurator lain di pameran Grolier.

Meski demikian ketika Hadiah Nobel bidang kimia tahun 1944 diberikan untuk "penemuan fisi inti", nama Otto Hahn tercantum sebagai penerima tunggal.

Selain buku itu, juga ada tanda tangan Meitner pada buku catatan kuliah muridnya saat dia datang ke Amerika Serikat tahun 1946 untuk mengajar selama satu semester di The Catholic University of America di Washington, D.C.

Ilmuwan lain yang peninggalannya dipamerkan adalah Barbara McClintock. Tahun 1920-an, McClintock menemukan tempat di jurusan pertanian Cornell University, yang membuat dia tertarik mempelajari jagung Indian.

"Apa yang dia lalukan adalah, dia menemukan genetika dibalik variasi biji-bijian berbeda warna," kata Ruben.

"Dia yang pertama menunjukkan pemindahan materi genetik--bahwa materi genetik itu tidak statis, tapi berkembang. Ini mengubah seluruh konsep tentang bagaimana kita mewarisi sesuatu," katanya.

Di antara banyak koleksi makalahnya di American Philosophical Society di Philadelphia, Ruben menemukan sebuah kantung kertas cokelat--yang biasa dia gunakan untuk mencegah fertilisasi jagung yang tidak diinginkan-- dengan coretan diagram yang menjelaskan tentang trisomy, satu fenomena dimana tumbuhan punya satu kromosom ekstra.

Temuan itu pada akhirnya mengarah pada penemuan McClintock bahwa runtutan DNA bisa mengubah posisi mereka dalam genom, yang kemudian membuat dia memenangkan Hadiah Nobel.

Tas sederhana itu dipamerkan bersama jagung Indian dari Cold Spring Harbor Laboratory di  New York.

Selain itu ada peralatan piezoelectric quartz yang menurut kurator merupakan salah satu peralatan awal penting yang digunakan oleh Marie Curie.

Ada pula lukisan cat air potret Ada Lovelace, ahli matematika Inggris yang algoritmanya  ikut menandai komputer masa ini.

Ada 32 perempuan dalam pameran yang diprakarsai oleh kurator Paulette Rose bersama dua kurator lain itu. Mereka memilih menampilkan ilmuwan perempuan dengan kriteria khusus.

"Pada abad-abad awal, mereka tidak menemukan sesuatu, mereka tidak harus mempublikasikan satu buku, tapi mereka telah menunjukkan gerakan untuk maju," kata Rose.

"Pada abad ke 18 dan sesudahnya, mereka harus mempublikasikan, dan mereka bukan cuma pembantu," katanya serta menambahkan perempuan yang peninggalannya dipamerkan semuanya sudah meninggal dunia.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013