"Angin puting beliung perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan kerusakan yang cukup serius dan merobohkan pepohonan yang berada di pinggir jalan," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jawa Tengah Reni Kraningtyas di Semarang, Senin.
Angin puting beliung biasa terjadi di daerah vegetasi rendah yakni kawasan dengan sedikit pepohonan seperti daerah industri, daerah terbuka, dan perkotaan karena biasanya wilayah tersebut suhunya lebih panas dengan adanya aspal.
Reni menjelaskan dengan suhu panas tersebut menjadikan tekanannya rendah sehingga menyedot angin secara horisontal dan saat di atasnya terdapat angin cumulonimbus, maka akan terjadi sirkulasi udara yang berbentuk spiral atau disebut angin puting beliung.
"Karena proses terjadinya angin yaitu mengalir dari tekanan tinggi ke rendah. Biasanya angin puting beliung durasinya tidak begitu lama, sekitar lima menit hingga tujuh menit," lanjutnya.
Untuk Kota Semarang, BMKG memprakirakan musim hujan terjadi pada akhir Oktober 2013 dan dapat diukur dengan banyaknya curah hujan yakni jika dalam 10 hari sudah mencapai 50 milimeter (mm) atau selama satu bulan berturut-turut telah mencapai 150 mm.
Selain angin kencang, pada musim pancaroba juga perlu diwaspadai tingginya gelombang air laut yang disebabkan oleh angin timur-tenggara bertiup terus menerus akan menyebabkan naiknya tinggi gelombang air laut namun hanya sesaat.
"Berbeda saat bulan Agustus, angin timur-tenggara bertiup terus-menerus sehingga menyebabkan ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter hingga tiga meter dan perlu diwaspadai terutama oleh para nelayan," lanjutnya.
Terkait dengan suhu di Kota Semarang yang sempat mencapai 36,4 derajat celcius, hal tersebut disebabkan oleh masa uap air yang sedikit karena ditarik oleh Badai San Fransisco di lintang sedang.
"Sedikitnya roses penguapan dan cuaca menjadi cerah berawan dan mengakibatk dan tingkat radiasi cukup maksimal sehingga suhu menjadi panas. Lintang sedang ini berada di sekitar Laut Cina dan Laut Pasifik," demikian Reni Kraningtyas.
Pewarta: Nur Istibsaroh
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013