• Beranda
  • Berita
  • Kisah sukses anak penjual nasi Padang layak diangkat

Kisah sukses anak penjual nasi Padang layak diangkat

7 November 2013 19:13 WIB
Kisah sukses anak penjual nasi Padang layak diangkat
ilustrasi Penulis buku Fenty Effendy (tengah) bersama Presenter Najwa Sihab (kiri) dan wartawati Wall Street Journal Indonesia Yayu Yuniar (kanan) berbagi cerita pada syukuran dan peluncuran buku Ahmad Sahroni Anak Priok Meraih Mimpi di Jakarta, Senin (22/9) malam. (ANTARA FOTO/Saptono)
Jakarta (ANTARA News) - Kisah dan lika-liku seorang anak penjual nasi Padang di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahmad Sahroni sehingga menjadi pengusaha besar, memiliki beberapa kapal tongkang pengangkut BBM hingga menjadi Ketua Ferrari Owner's Club of Indonesia menarik perhatian dan layak untuk ditulis.

Sebuah buku setebal 128 hasil karya Fenty Effendy yang berjudul "Ahmad Sahroni, Anak Priok Meraih Mimpi" dibedah oleh wartawan senior Kompas, Budiarto Shambazy, dan budayawan Ridwan Saidi. Hadir dalam bedah buku itu Ahmad Sahroni dan sekaligus penulis Fenty Effendy.

Fenty Effendy mengatakan, ia tertarik menuangkan kisah perjalanan hidup Ahmad Sahroni karena banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari sosok berusia 36 tahun itu.

"Bagaimana lika-liku perjuangan anak seorang penjual nasi Padang dan hanya tamat SMA kemudian menjadi sopir, kini menjadi pengusaha sukses, pemilik beberapa kapal tongkang pengangkut BBM, dan kini menjadi ketua Ferrari Owner's Club of Indonesia. Bagi saya, perjalanan panjang Ahmad Sahroni sangat layak untuk ditulis agar generasi muda kita bisa meniru jejak langkah dia," kata Fenty, Jakarta, Kamis.

Diakui Fenty, bahwa Roni, panggilan akrab pengusaha muda tersebut belum terkenal dan usianya pun relatif muda.

"Justru menjadi faktor-faktor yang mendorongnya segera merampungkan buku tersebut," imbuh wartawan di salah satu TV swasta ini.

Budayawan asal Jakarta, Ridwan Saidi yang mengenal baik daerah Tanjung Priok mengaku salut karena Roni, tidak terjebak dalam kehidupan di kawasan Tanjung Priok, yang merupakan kawasan kumuh kawasan, mempunyai kehidupan keras, bahkan, marak dengan hiburan malam pada tahun 1980-an.

"Tapi saya semakin yakin dia bisa sukses setelah melihat giginya. Giginya bagus, rapi. Dia tidak pendendam dan membalas perlakuan yang menghina dan menuduhnya sebagai maling, orang miskin dan lain sebagainya," tutur Ridwan sambil berseloroh.

Selorohan budayawan nyentrik itu langsung ditimpali Dadi Krismatono yang menjadi moderator bedah buku.

"Jadi bapak ibu sekalian yang mau cari mantu, tips dari babe Ridwan. Ini bisa jadi pedoman," timpal Dodi.

Roni sendiri Sudah menikah dan dikarunia satu anak. Sedangkan Budiarto Shambazy memberi catatan kecil dan pesan-pesan kepada Roni yang saat ini berada di puncak karir.(*)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013