• Beranda
  • Berita
  • 13 jenazah korban heli TNI AD MI-17 berhasil diidentifikasi

13 jenazah korban heli TNI AD MI-17 berhasil diidentifikasi

21 November 2013 01:53 WIB
13 jenazah korban heli TNI AD MI-17 berhasil diidentifikasi
Sejumlah prajurit TNI dari Korps Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) melakukan perawatan helikopter Mi-17 yang dipersiapkan untuk Satgas Helikopter TNI Kontingen Garuda XXXV-A dalam misi perdamaian PBB United Nations Mission in Darfur (UNAMID), di Pangkalan Skadron 31/Serbu, di Semarang, Jateng, Selasa (19/3). Sebanyak tiga helikopter Mi-17 bersama 120 prajurit Penerbad yang akan dikirim ke Sudan, Afrika, itu merupakan Satgas Helikopter pertama Indonesia untuk misi perdamaian PBB. (FOTO ANTARA/R. Rekotomo) ()
Samarinda (ANTARA News) - Sebanyak 13 jenazah korban jatuhnya heli TNI Angkatan Darat di Kampung Latang, Desa Lembulan, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara, pada Sabtu (9/11) berhasil diidentifikasi tim DVI (disaster victim identification) Polda Kalimantan Timur.

Kepala Penerangan Kodam VI/Mulwarman Kolonel (Inf) Legowo WR Jadmiko, dihubungi dari Samarinda Rabu malam menyatakan, ke-13 jenazah dari 14 korban tewas jatuhnya heli TNI jenis MI-17 itu selanjutnya akan diserahkan tim DVI ke Pangdam Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman pada Kamis (21/11) sekitar pukul 06. 30 Wita.

"Hari ini (Rabu) 13 jenazah korban tewas heli berhasil diidentifikasi dan Kamis jenazah akan diserahkan tim DVI ke Pangdam VI Mulawarman, selanjutnya akan diserahkan ke keluarga masing-masing," kata Legowo.

Ke-13 jenazah yang akan diserahkan ke keluarganya itu, lima di antaranya merupakan personel TNI dan delapan orang warga sipil.

Jenazah korban helikopter MI-17 tersebut, tujuh di antaranya akan dibawa ke luar Kalimantan Timur, yakni Lettu CPN Agung Budiarjo akan dibawa ke Makassar, Sulawesi Selatan, Kapten CZI Sardi akan dibawa ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Empat jenazah akan diterbangkan ke Semarang, Jawa Tengah, dua di antaranya warga sipil yakni Desi Priyanto dan Tumin Wahyudi serta dua personel TNI masing-masing Lettu CPN Rohmat dan Serja Aan.

Satu jenazah personel TNI lainnya yakni, Kapten CPN Wahyu Ramdan akan diterbangkan ke Bandung, Jawa Barat.

Sementara, enam jenazah warga sipil yang akan dipulangkan ke Desa Apauping yakni, Bilung Lengkang, Lingling, AsunSam, Gring Bilung dan Hirodis.

Keenam korban tewas dari Desa Apauping itu diterbangkan menggunakan heli MI-17 dan akan diantar langsung Pangdam VI Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman, Komandan Korem 091 Aji Suryanata Kesuma, Bupati Malinau serta Kapendam menggunakan heli Bell 412.

Sementara, tujuh jenazah yang akan diterbangkan ke luar Kaltim dan Kaltara akan diantar Komandan Satuan Penerbangan Angkatan Darat.

"Pangdam bersama Danrem dan Bupati sendiri yang akan mengantar keenam jenazah ke Desa Apauping sekaligus menyerahkan santunan masing-masing Rp55 juta kepada keluarga korban," katanya.

"Proses identifikasi memakan waktu selama 11 hari karena dibutuhkan akurasi dan juga terkait kondisi jasad korban," kata Legowo.

Sebelum dilaporkan jatuh, helikopter milik TNI AD jenis MI-17 itu, berangkat dari Kota Tarakan pada Sabtu pagi (9/11) sekitar pukul 09.00 Wita dengan mengangkut enam penumpang, tiga di antaranya warga sipil.

Sekitar pukul 10.00 Wita, heli tersebut singgah di Desa Apauping untuk mengambil 10 warga yang akan diperbantukan membangun Pos Pamtas Malinau-Serawak.

Pada pukul 10.20 Wita, heli tersebut meninggalkan Desa Apauping dengan mengangkut 19 orang beserta logistik menuju Pos Pamtas Malinau-Serawak.

Heli tersebut tersebut kemudian dilaporkan jatuh di dekat lapangan bola Pos Pamtas Malinau-Serawak.

Akibat kejadian itu, 13 orang dilaporkan meninggal sementara enam lainnya selamat.

Namun, setelah bertahan selama tiga hari yakni pada Senin (11/11) akhirnya salah satu korban dari enam orang selamat dalam kecelakaan helikopter bernama Mendan Bilung akhirnya meninggal dunia.

Mendan meninggal karena luka bakar 90 persen yang dialaminya pasca kecelakaan helikopter tersebut.  (A053/KWR)

Pewarta: Amirullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013