Kesenian Betawi jangan punah

27 November 2013 02:41 WIB
Kesenian Betawi jangan punah
Rojali Jalut (memegang papan hadiah) dalam acara Komedi Betawi Award 2013, di Jakarta Selatan. Pada tahun ke empat penyelenggaraan Komedi Betawi Award ini, Rojali terpilih mendapat penghargaan. (ANTARA News/ Lia Wanadriani Santosa)
Jakarta (ANTARA News) - Penerima Komedi Betawi Award 2013, Rojali Jalut (77), berharap kesenian Betawi, di antaranya komedi Betawi, tidak punah.

"Jangan sampai musnah. Ntar kalau musnah, abis betawi," katanya di akhir acara Komedi Betawi Award 2013, Selasa malam.

Ia tak menampik jika kesenian Betawi kini nampak surut. Menurutnya, kehadiran film dan musik dangdut merupakan salah satu penyebab surutnya kesenian Betawi di masyarakat.

"Kesenian betawi kini banyak saingan. Lenong mulai rebahnya saat film masuk. Film layar tancep masuk kampung terus sama dangdut," ujarnya. Ia mengatakan anak-anak pada masa kini cederung menyukai musik semisal dangdut ketimbang lawak atau komedi.

Menurut Rojali, melalui ajang semacam Komedi Betawi Award ini kesenian Betawi termasuk di dalamnya komedi Betawi dapat diperkenalkan pada masyarakat sehingga dapat maju.

Komedi Betawi Award adalah salah satu bentuk apresiasi dan kepedulian Yayasan Komedi Betawi terhadap seniman Betawi yang dianggap telah berjasa dalam melestarikan dan memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat.

Rojali merupakan penerima Komedi Betawi Award keempat. Pemilik bengkel seni Jali Putra ini dianggap penyelenggara yang berjasa memajukan kebudayaan Betawi khususnya kesenian rancag dan lenong.

Pria yang sejak tahun 1948 berkecimpung dalam seni khususnya rancag dan lenong Betawi ini mengaku senang atas penghargaan yang ia terima. "Penghargaan ini buat pekerjaan saya yang sudah, saya sangat senang, sangat gembira," katanya.

Pada Komedi Award pertama tahun 2010, penghargaan jatuh kepada H. Bodong (alm).

Lalu pada tahun kedua, Hj. Nori dan Sutiyoso (mantan Gubernur DKI Jakarta) menerima penghargaan ini diikuti H. Mandra pada tahun ke tiga.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013