Singapura pandang pembajakan ancaman utama

10 Desember 2013 15:37 WIB
Singapura pandang pembajakan ancaman utama
Personel TNI AL melumpuhkan kelompok teroris yang beroperasi di laut Indonesia dalam simulasi penanganan teroris. (ANTARA FOTO/Irsan Mulyadi) ()
Jakarta (ANTARA News) - Singapura memandang terorisme maritim dan pembajakan di laut ancaman utama keamanan kawasan dan pelayaran internasional yang dapat berujung kepada gangguan keamanan ekonomi dan kesejahteraan dunia. 

Hal itu diutarakan Kepala Staf Angkatan Laut Singapura, Rear Admiral Ng Chee Peng, sebagai pembicara kunci, di depan ratusan hadirin simposium internasional keamanan maritim yang digelar TNI AL, di Jakarta, Selasa. 

Ke-32 negara dari berbagai kawasan hadir, 14 kepala staf atau panglima angkatan laut mengutarakan pandangannya tentang kerja sama keamanan maritim kawasan. Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Marsetio, menjadi tuan rumah simposium menyambut HUT ke-68 TNI AL itu. 

Singapura sebagai negara pelabuhan transito besar dunia, sangat berkepentingan dengan keamanan perairan laut dan samudera. Sebanyak 90 persen perdagangan dunia senilai 16 triliun dolar Amerika Serikat setahun terjadi melalui jalur laut. 

Ng menyatakan, dampak terorisme maritim sangat fatal sebagaiman terjadi pada satu kapal Superferry 14, pada 2004, dengan 100 nyawa warga sipil melayang sia-sia. Juga saat milisi Mesir meluncurkan roket ke kapal Cosco Asia, di Terusa Suez. 

Tentang pembajakan, dia melihat efektivitas patroli bersama negara-negara Selat Malaka sangat terbukti. Telah cukup banyak pembajakan bisa dibasmi berkat patroli bersama ini. 

"Kita harus lanjutkan upaya bersama membasmi pembajakan ini secara paripurna. Dari sisi kami, sejak 2009 kami berkontribusi dengan mengerahkan kapal pendarat tank dan helikopter Super Puma ke Teluk Aden dan kapal frigat RSN Intrepid," kata Ng. 

Guna meningkatkan efektivitas itu, kata Ng, dia menawarkan konsep penguatan pada tiga aspek, yaitu meningkatkan keyakinan dan kepercayaan para pihak, konektivitas, dan penguatan kapasitas. Singapura memandang konektivitas mutlak bagi kesiagaan operasional para pihak. 

"Untuk itu diperlukan kelancaran proses pertukaran informasi dan prosedur yang terus disempurnakan melalui berbagai latihan bersama," katanya. 

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013