"Berawal dari pembuatan skripsi yang dapat berguna untuk masyarakat, saya mencoba membuat aplikasi SMS untuk tunanetra dengan menggunakan teknologi speech to text dan text to speech pada Android yang dapat memudahkan para tunanetra," katanya melalui Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa temuan aplikasi yang disebutnya "T-SMS" itu untuk memudahkan SMS bagi penyandang tunanetra.
Menurut dia, aplikasi itu dapat diakses pada ponsel pintar berbasis Android.
Dengan menggunakan Android, kata dia, teknik-teknik baru dalam berkomunikasi dapat direalisasikan dengan mudah, di antaranya penggunaan "text-to-speech" dan "speech-to-text" untuk mengirimkan pesan.
T-SMS itu, katanya, mengubah suara menjadi teks dan dari teks tersebut bisa menjadi suara kembali.
"Ketika ditekan akan otomatis mengeluarkan indikator suara sesuai dengan yang ditekan. Misalnya menekan angka lima maka akan keluar suara lima]," katanya.
Selain itu, kata dia, aplikasi ini juga memungkinkan pengguna untuk mengubah suara menjadi teks.
Ozi Priawadi menjelaskan bahwa aplikasi itu sudah diunggah di "Google Play" sehingga dapat digunakan oleh secara luas oleh masyarakat.
Untuk memudahkan tunanetra kategori "low vision" dalam membaca pesan masuk dan pesan terkirim, katanya, maka pada aplikasi ditambahkan tombol A+ dan A- yang berfungsi untuk membesarkan dan mengecilkan ukuran huruf sehingga tunanetra dapat menyesuaikan sesuai dengan ukuran huruf yang ideal dan mudah dibaca.
Sedangkan untuk mengirim SMS, penggunanya tinggal melisankan pesan yang akan dikirim, di mana teknologi "speech-to-text" yang dibenamkan pada aplikasi ini akan mengubah suara yang terdengar menjadi teks.
"Jika ada pesan yang masuk, teknologi text-to-speech akan mengubah pesan teks menjadi suara. Dengan demikian, SMS yang masuk akan dibacakan," katanya.
Dilengkapi disain antarmuka yang dirancang khusus untuk tunanetra, kata dia, T-SMS merupakan pilihan tepat untuk mempermudah penggunaan layanan SMS.
"Saya ingin ada yang dapat mengembangkan aplikasi ini sehingga dapat berguna bagi masyarakat, khususnya penyandang tunanetra," katanya.
Diakuinya bahwa saat ini, perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang pesat.
Berbagai teknologi telekomunikasi khususnya "gadget" sangat mudah didapatkan dan digunakan masyarakat.
Namun, di sisi lain, perkembangan teknologi ini tidak dapat dinikmati sebagian masyarakat penyandang difabel, di mana pengembang belum memperhatikan teknologi "gadget" bagi masyarakat difabel.
Selama ini, kata dia, pengguna SMS hanya diperuntukkan pengguna yang mempunyai kemampuan melihat baik, sehingga menghambat pengguna yang tidak memiliki tingkat penglihatan yang baik.
Memang sudah ada alat-alat khusus yang menyediakan fasilitas SMS yang dapat digunakan penderita tunanetra atau "low-vision", namun harganya cukup mahal.
Ia berharap aplikasi temuannya itu bisa lebih dikembangkan lagi ke depan guna membantu masyarakat difabel sehingga dapat mengakses informasi tanpa hambatan lagi.
Pewarta: Andi Jauhari
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013