Jakarta
(ANTARA News) - Dengan untaian kata dan frasa singkat dalam bentuk puisi, A.R.
Loebis menuangkan kecamuk batinnya saat menunaikan ibadah haji dalam
buku kumpulan puisi "Tanah Haram."
Bersama istrinya,
Duryati Engkon, penulis kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, itu berkesempatan mengunjungi Arab Saudi dan menunaikan rukun Islam
kelima di Tanah Haram pada Oktober hingga November 2012.
Ia menumpahkan seluruh ekspresi batinnya sejak mendapatkan kabar rencana
keberangkatan ke Tanah Suci dari biro perjalanan sampai selesai menunaikan
ibadah haji dalam buku puisi setebal 119 halaman yang diterbitkan Bahari Press
tahun 2013.
"Hati siapa yang tak berdegup, terkadang kencang, sesaat seperti tak
percaya," tulisnya tentang saat ia menerima nomor porsi untuk berangkat menunaikan
ibadah haji ke Tanah Suci.
Ia juga mengungkapkan pengalamannya menjalankan serangkaian ibadah haji yang
tak selalu mudah.
Terkadang ia harus berdesakan, berjinjit, saling sikut, dan bersusah
payah berjuang demi bisa menjalankan ibadah.
Demikian pula saat tawaf sembari melihat batu hitam Hajar Aswad, sa’i, wukuf di
Arafah, bermalam di Mina, mabit di Muzdalifah, melempar jumrah, mencukur rambut
(tahalul) hingga tawaf wada.
Di Raudhah Jannah, Loebis menuturkan bagaimana ia harus berjuang mengandalkan
kekuatan fisik dan doa demi bisa mendekat, masuk, sholat, dan memanjatkan
rangkaian doa di antara mimbar dan makam Rasulullah SAW.
Di pintu 25 ia tersasar, sendirian, dihardik dan menanti. Ia pun lantas tersadar,
malu dengan sikapnya selama ini.
"Aku sombong, tapi aku seperti mendengar Kau berkata: Tak apa-apa,
asal kau ingat dan melupakan kesombonganmu."
Dalam setiap rangkaian ibadah yang dijalani di Tanah Haram, Loebis tidak
berhenti memanjatkan doa, mengkaji diri dan mengucap syukur.
"Batinnya mengembara tidak putus-putus," kata penyair Taufik Ismail mengomentari karya Loebis.
Loebis juga menikmati pengembaraan batinnya saat mengunjungi Masjid Nabawi,
Masjid Haram, dan Masjid Quba, Masjid Jin, Masjid Qiblataian, Masjid Al-Fathu,
dan Masjid Al-Jumuah.
Jabal Nur, Jabal Tsur, dan Jabal Rahmah juga tak luput dari kunjungannya.
Alumnus Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang
sudah menulis sekitar 11 buku itu juga memperhatikan ribuan toko di pusat-pusat
perbelanjaan Arab Saudi di sela kegiatan ibadah.
Semua perjalanan itu membawa batinnya mengembara dan membantu dia memaknai
ibadah haji.
Dan dia membagi pengalamannya memaknai haji dengan untaian kata-kata sederhana,
membuat pembaca bisa ikut merasakan pengembaraan batin di Tanah Haram dalam bait-bait
puisinya.
Haji bukan gelar
Haji adalah
panggilan Allah
Bukan panggilan bagi yang pulang dari Makkah
Haji adalah niat
Haji adalah keikhlasan
Haji adalah kesabaran
Haji adalah undangan
Haji adalah miqot
Haji adalah gambaran kematian…
Oleh KR-LIA
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014