Siswa SLB belajar tanggap bencana

15 Januari 2014 20:55 WIB
Siswa SLB belajar tanggap bencana
Ilustrasi. Pendidikan Tanggap Bencana Seorang relawan SAR memberikan arahan jika terjadi gempa bumi kepada anak-anak korban gempa Dieng di Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah Selasa (23/4). (ANTARA/Anis Efizudin)

Ini tugas kami untuk bisa menyampaikan kepada siapapun untuk bisa memiliki gambaran berkenaan dengan pengurangan resiko bencana,"

Tasikmalaya (ANTARA News) - Forum Relawan Bencana Tasikmalaya (FRBT) memberikan pembelajaran tanggap bencana alam untuk mengurangi resiko dampak dari bencana kepada sejumlah guru dan siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Aisyiyah, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu.

Ketua Umum FRBT Gunawan Yudoharto mengatakan pelatihan tanggap bencana itu merupakan keharusan dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat kebutuhan khusus.

"Ini tugas kami untuk bisa menyampaikan kepada siapapun untuk bisa memiliki gambaran berkenaan dengan pengurangan resiko bencana," kata Gunawan.

Ia menuturkan, pembelajaran itu merupakan permintaan pihak SLB Aisyiyah, Kecamatan Kawalu, agar FRBT memberikan pemahaman kepada guru dan siswa SLB tentang cara pengurangan resiko bencana.

Menurut dia, insiatif sekolah itu merupakan langkah yang baik karena ancaman bencana dapat menimpa siapa saja dan dapat terjadi dimana saja.

"Awalnya kami terkejut saat diminta memberikan materi kepada siswa SLB. Kami sangat terharu, sebab sekolah umum saja masih bisa dihitung dengan jari yang telah kami berikan pelatihan," kata Gunawan.

Kepala SLB Aisyiyah, Endang Ramdon mengatakan peserta yang mengikuti pelatihan tersebut sebanyak 20 guru dan perwakilan siswa lima orang.

Pelatihan itu, kata dia, terlebih dahulu para guru untuk selanjutnya disampaikan kembali dengan metode pembelajaran yang dapat dipahami seluruh siswa berkebutuhan khusus.

"Kami ingin mereka (siswa) semua dilatih bagaimana kesiap siagaan dan tentunya cepat tanggap menghadapi bencana alam," kata Endang.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu, kata dia, diawali dengan penyampaian materi di kelas, kemudian hari kedua praktek di lapangan.

Pemateri dan pelatih yang terlibat, lanjut dia selain dari FRBT juga dari PMI, Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), dan International Organization of Migration (IOM).

"Materi pembelajaran ini sangat penting, sebab yang namanya bencana tidak mengenal dan memilah orang berkebutuhan khusus atau tidak, semua orang pasti terancam," katanya.

(KR-FPM/Y003)

Pewarta: Feri P
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014